Gempa 4,5 skala Richter (SR) yang terjadi Selasa (31/5) kemarin memberi indikasi potensi gempa 7,2 SR masih tersimpan di Segmen Suliti, patahan Sumatra, Solok Selatan, Sumatra Barat. Hal ini didukung riset pakar Gempa Pulit Geoteknologi-LIPI Danny Hilman Natawidjaja sejak 1994 di segmen tersebut.
"Semua hasil riset tersebut telah dikumpulkan oleh Tim 9 dalam bentuk pemetaan bencana," jelas Koordinator Pusat Pengendali Operasi Penanganan Bencana (Pusdalops PB) Sumatra Barat Ade Edwars, Rabu (1/5).
Menurut Ir. Ade Edward, setiap tahun segmen tersebut mengalami pergeseran 23 milimeter. "Hal ini bertumpuk menjadi energi gempa. Tapi, bisa saja keluar berangsur-angsur," tuturnya.
Segmen Suliti sepanjang 60 kilometer tersebut membujur dari Gunung Talang hingga Gunung Kerinci. "Segmen itu bertepatan dengan kiri kanan jalan Alahan Panjang-Muara Labuah. Segmen itu membentuk Sungai Suliti," ujarnya.
Pak Ade menambahkan, gempa besar pernah terjadi di Segmen Suliti tahun 1943. "Gempa itu menimbulkan kerusakan yang sangat parah," kata Pak Ade.
Saat ini, di atas Segmen Suliti telah berdiri permukiman yang sangat ramai. "Sangat riskan sekali karena pemukiman tersebut pada umumnya rumah permanen,"
Ia menjelaskan, gempa darat jauh merusak dibanding gempa laut. Gempa darat lebih dangkal dibanding gempa laut. "Tak hanya goncangan, tapi juga retakannya sangat berdampak besar," ungkapnya.
Untuk itu, Ir. Ade Edward sebagai Kabid Kedaruratan & Logistik BPBD Provinsi Sumatera Barat, menghimbau pemerintah setempat melakukan mitigasi sesegera mungkin. "Pemerintah Kabupaten Solok Selatan hendaknya segera menyusun rencana mitigasi itu. Sosialisasi, regulasi dan penataan ruang kembali mungkin jawabannya,"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar