Padang (16/7), Seperti yang telah kita ketahui wilayah Indonesia berada pada posisi strategis,
terletak di daerah tropis, diantara Benua Asia dan Australia, diantara Samudera
Pasifik dan Samudera Hindia, serta dilalui garis katulistiwa, terdiri dari
pulau dan kepulauan yang membujur dari barat ke timur, terdapat banyak selat
dan teluk. Dari kondisi ini wilayah Indonesia menyebabkan rentan terhadap perubahan iklim/cuaca.
Dari pengaruh Iklim ini, Indonesia memiliki fenomena-fenomena diantaranya :
a. El Nino dan La Nina
b. Dipole Mode
c. Sirkulasi Monsun Asia - Australia
d. Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (Inter
Tropical Convergence Zone / ITCZ)
e. Suhu Permukaan Laut di Wilayah Indonesia
DR. Sutopo Purwo Nugroho (Kepala Pusdatin & Humas BNPB) menjelaskan; Tren bencana akibat siklon tropis mengalami peningkatan 878% selama tahun 1950-2010. Bencana tersebut berpengaruh terhadap ekonomi pembangunan. Siklon tropis merupakan badai dengan kekuatan yang besar. Radius rata-rata mencapai 150-200 km. Rata-rata masa hidup suatu siklon tropis antara 3-18 hari.
Sekitar 2/3 kejadian siklon tropis terjadi di belahan bumi bagian utara. Sekitar 65% siklon tropis terbentuk di daerah antara 10°-20° dari ekuator. Sangat jarang terbentuk di daerah lintang 0°-10°. Berdasarkan data selama 42 tahun terakhir, kejadian siklon tropis di wilayah yang dekat dengan Indonesia, di Selatan terjadi pada Februari (23%), Maret (22%), dan Januari (21%). Sedangkan berdasarkan data 56 tahun kejadian siklon tropis di utara terbanyak pada Agustus (20%), September (18%), Juli (15%) dan Oktober (15%). Di bulan Agustus, dengan rata-rata kejadian sebanyak 5,2 kali siklon tropis per tahun. Agustus merupakan bulan paling sibuk bagi pertumbuhan siklon tropis di wilayah ini, dari 323 kejadian terdapat 107 kejadian yang berkembang menjadi badai tropis.
Siklon tropis tidak terbentuk di Indonesia. Namun imbas dari siklon tersebut sangat nyata. Khusus berpengaruh pada cuaca buruk dan menimbulkan bencana. Tercatat pada Juni-Agustus 2012 ini, beberapa kejadian banjir dan longsor, seperti di Padang, Gorontalo, Ambon, Sarmi, Sangihe dan sebagainya dipengaruhi oleh keberadaan siklon tropis atau depresi tropis di sekitar wilayah Indonesia. Hal ini perlu kita waspadai bersama. Bahwa suatu fakta alam sudah berubah sehingga ancaman bencana menjadi nyata dan meningkat. Ibarat pepatah “alam takambang jadi guru”. Hendaknya bencana menjadi pembelajaran untuk lebih siaga.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia juga tetap intensif memberikan informasi kepada BPBD Provinsi Sumatera Barat melalui Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) terkait Peringatan Dini Cuaca Ekstrim pada hari-hari tertentu diwilayah Suamtera Barat. Untuk itu jajaran Penanggulangan Bencana terutama BPBD baik Provinsi dan Kabupaten/ Kota di wilayah Sumatera Barat tetap selalu waspada dan siap-siaga dalam upaya menghadapi kondisi tersebut.
Gubernur Sumatera Barat (Bpk. Irwan Prayitno) selaku pemegang pemerintahan Provinsi Sumatera Barat, dalam upaya tersebut juga tetap intensif mengeluarkan maklumat kepada jajaran BPBD se-Sumatera Barat agar tetap melaksanakan Siaga Darurat terkait cuaca ekstrim tersebut.
Dari Prakiraan Iklim terutama musim hujan bersumber dari BMKG, pada bulan Juli hingga Agustus ini Sumatera Barat masih memiliki potensi.