Mahasiswa Pasca Sarjana Magister Technologi Informasi IBI Darmajaya Dodi Yudo Setiawan, S.Si dan Yuni Arkhiansyah, S.Kom bersama Seismograph berbasis Optik karya mereka. (foto: Shinta) |
Banyak anggapan bahwa gempa bumi tidak dapat diprediksikan datangnya karena tidak cukup dan tak ada identifikasi data mengenai getaran kulit bumi yang berpotensi gempa,’’ ujarnya. Menurut Dodi, seismograf yang ada sekarang hanya mencatat getaran-getaran kulit bumi di wilayah tertentu dengan data yang hanya dituliskan pada kertas seismograf. Kemudian hanya dipakai untuk mengetahui gempa berskala besar yang sudah terjadi sehingga menjadi tidak efisien.
’’Melihat itu, saya bersama rekan, Yuni Arkhiansyah, S.Kom., melakukan penelitian mengenai alat seismograf berbasis optik,’’ ungkapnya. Alat tersebut, ia menambahkan, adalah pendeteksi gelombang seismik atau gempa yang terdiri atas sensor fotodioda dengan sumber cahaya LED inframerah. ’’Dengan menggunakan kantilever, intensitas cahaya yang diterima fotodioda bersesuaian dengan jarak antara fotodioda dengan LED inframerah juga bersesuaian dengan besar-kecilnya getaran atau gempa yang terjadi,’’ tutur dia. Semakin besar intensitas yang dikirim sensor, ia menjelaskan, kian besar pula tegangan keluaran sensor dan inilah yang dapat mengukur kekuatan gempa. ’’
Software untuk membangun alat ini menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0 dan Microsoft SQL Server 2000. Data getaran atau gempa ditampilkan dalam bentuk grafik realtime dan analisa grafik dilakukan pada grafik yang tidak realtime,’’ ucap Dodi didampingi Yuni. Ia juga menuturkan, seismograf digital dapat digunakan untuk deteksi gempa secara nonsetop 24 jam. Pengoperasian seismograf digital lebih sederhana dibandingkan analog. Hasil pengukuran akan secara otomatis terpampang pada layar komputer.
’’Manfaat yang didapat dari seismograf digital adalah membantu Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) dalam pemantauan fenomena alam di atas permukaan bumi khususnya seperti getaran kulit bumi atau gempa. Di mana, fenomena-fenomena tersebut memerlukan peralatan yang mendukung untuk memperoleh data akurat,’’ urainya.
Peralatan yang digunakan selama ini dibeli dari luar negeri dan dengan harga tinggi. ’’Jadi, dengan merealisasikan seismograf berbasis optik akan memberikan kontribusi nyata terhadap pengadaan peralatan bagi BMG dan meminimalkan biaya pembelian alat dari luar negeri. Apalagi dengan kualitas yang sama, biaya yang sangat rendah, dan penelitian yang berkesinambungan, akan memberikan dampak baik ke depan tanpa bergantung luar negeri. Dengan alat ini, kita mudah menganalisis gempa dan memprediksinya lebih awal karena memiliki pola yang terjadi,’’ tuturnya. (shn/c3/tru : www.radarlampung.co.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar