Padang 21/9, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat belum menyatakan "Darurat Asap". Kualitas Udara wilayah Sumatera Barat belum membahayakan dan belum berdampak serius; bagi kesehatan, sosial, bahkan perekonomian masyarakat Sumatera Barat. Hal ini disampaikan dalam hasil rapat koordinasi pada Sabtu 19/9 dengan jajaran SKPD penanggulangan bencana terkait dampak dari maraknya pembakaran hutan dan lahan di provinsi tetangga.
Dalam rapat yang dilaksanakan di kantor Pusat Pengendalian Operasi penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) BPBD Sumbar tersebut, hadir Kepala BMKG Bandara BIM, Kepala Bidang dari Bapeldalda, Satgas Pusat Penanggulangan Krisis Dinas Kesehatan, Kelaksa BPBD Sumbar beserta Kabid. Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Kabid. Kedaruratan dan Logistik serta kalangan pers.
Plt. Kepala Pelaksana BPBD Sumbar, Zulfiatno menjelaskan hasil keputusan bersama dalam rapat tersebut, Bahwa kabut asap yang menyelimuti saat ini baru membawa potensi ancaman, untuk itu BPBD Sumbar tetap melaksanakan koordinasi dengan berbagai SKPD guna melakukan pantauan dan kesiapsiagaannya. Diakui bahwa masyarakat saat ini telah resah, dari pantauan visual jarak pandang antara 500 hingga 1.500 meter, bahkan beberapa kabupaten atau kota ada yang telah meliburkan anak didiknya. Namun asap ini belum dalam kategori membahayakan. Dalam pengamatan dari berbagai jajaran seperti BMKG, Bapedalda serta Dinas Kesehatan pada intinya kualitas udara masih fluktuatif yaitu masih bergerak berubah-ubah antara kategori sedang-tidaksehat-sangat tidak sehat dan turun kembali ke-sedang. Jarak pandang di bandara Minangkabau BIM diatas 1.500 meter dan masih bisa melakukan aktifitas penerbangan. Penyakit sesak napas atau ISPA masih belum dalam kategori Kejadian Luar Bisa.
Zulfiatno kembali menjelaskan, kami belum memutuskan untuk melaksanakan "Darurat Asap" seperti halnya provinsi-provinsi lain seperti pekanbaru, Riau, Sumatera Selatan, Jambi, karena dampaknya belum berbahaya, serta titik api dari Karlahut di Sumbar juga hampir tidak ada, hanya sedikit dan itu cepat diatasi oleh masing-masing daerah.
BPBD Sumatera Barat juga juga telah mengerahkan personil serta kebutuhan peralatan dan logistiknya dalam upaya pencegahan tidak hanya masalah kabut asap, namun juga masalah dampak kekeringan seperti di kabupaten Dharmasraya. Kekeringan saat ini melanda masyarakat Dharmasraya sehingga pemerintahan setempat memberlakukan "Tanggap Darurat Kekeringan" selama 14 hari. Tim saat ini beroperasi untuk mendistribusikan air bersih terhadap masyarakat daerah terdampak tersebut.
Dari informasi prakiraan potensi hujan BMKG, wilayah Sumatera dan Sumatera Barat pada khususnya, diperkirakan mengalami hujan dengan intensitas ringan-sedang terjadi di awal-awal oktober 2015 dan mencapai puncaknya pada bulan Desember 2015. Ini dapat menjadi pedoman bagi wilayah Sumatera Barat dalam melakukan segala kegiatan serta mempersiapkan segala sesuatunya terutama terhadap timbulnya ancaman bencana lainnya seperti, banjir dan longsor.
Sumatera Barat adalah supermarketnya bencana. Upaya-upaya Kesiapsiagaan, Peringatan dini serta mitigasi selalu rutin dilaksanakan oleh petugas kebencanaan. Salam Tangguh. (Gst)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar