DEKLARASI PADANG
KONFERENSI
INTERNASIONAL
ANCAMAN GEMPABUMI
SUMATERA
Padang, Sumatera Barat, 28 Agustus
2005.
Terjemahan dari naskah
Declaration of Participants in
the International Conference on the
Sumatran Earthquake Challenge sebagai hasil dari International
Meeting on The Sumatran Earthquake Challenge yang dilaksanakan
tanggal 24-28 Agustus 2005 di Padang – Sumatera Barat.
Selama tiga hari yang lalu, para ilmuwan dan insinyur gempa
bumi internasional dari berbagai negara telah bertemu dalam kegiatan INTERNATIONAL MEETING ON THE SUMATRAN
EARTHQUAKE CHALLENGE untuk mendiskusikan bencana gempabumi di bagian
barat Sumatera. Para peneliti melaporkan hasil penelitian terakhirnya
masing-masing mengenai gempabumi dan tsunami di Propinsi Sumatra Utara dan Propinsi
Aceh serta penelitian terbaru mereka terhadap
ancaman potensi gempabumi Sumatera Barat.
Rekomendasi khusus/spesifik disampaikan kepada Pemerintah
dan Organisasi-organisasi lainnya untuk mengurangi/ memperkecil resiko akibat bencana
gempa bumi dan tsunami.
RINGKASAN ILMIAH
Sejumlah penyelidikan ilmiah yang telah dilakukan
beberapa pihak menemukan/menjelaskan
bahwa gempabumi besar yang telah
terjadi pada Desember 2004 dan Maret 2005 adalah disebabkan oleh terjadi
pecahan (rupture) yang berlangsung secara tiba-tiba pada bagian Sesar Naik
Besar (megathrust) Sumatera yang ada dibawah Pulau Nias dan Pulau Simeulue, yang
berada di bagian barat daratan Aceh.
Pecahnya (rupture) megathrust dimaksud menyebabkan
kepulauan beserta lantai samudera (seafloor) disekitarnya melenting dan
terangkat ke arah Lautan India dengan perpindahan/ pergeseran horizontal hingga
mencapai 10 (sepuluh) meter.
Ketika berlangsung gempabumi tersebut, sisi bagian barat
pantai Aceh dan Sumatra Utara mengalami
penurunan (tenggelam) sedalam 1,5 (satu setengah) meter. Pengangkatan (uplift)
lantai samudera ini memicu terjadinya gelombang tsunami yang menerjang kawasan pesisir
pantai-pantai disekitarnya beberapa saat setelah terjadinya gempabumi.
Peristiwa Gempabumi yang sama juga pernah terjadi menyerang
Kepulauan Mentawai dan sisi pantai barat Propinsi Sumatera Barat serta Propinsi
Bengkulu pada tahun 1797 dan 1833. Pengangkatan lantai samudera (seafloor) di
sekitar Kepulauan Mentawai ketika gempabumi waktu itu menimbulkan tsunami yang
cukup besar yang menyerang daratan disepanjang pesisir pantai wilayah tersebut .
Perkiraan ketinggian tsunami ketika itu, berdasarkan laporan sejarah/historis dan perhitungan/kalkulasi ilmiah, kisaran
ketinggian gelombang tsunami adalah sekitar
10 (sepuluh) meter .
Perhitungan-perhitungan dini menyatakan bahwa ratusan ribu
jiwa penduduk berada dalam ancaman gempabumi raksasa dan tsunami pada masa yang
akan datang di Propinsi Sumatera Barat dan Propinsi Bengkulu.
Tak seorangpun dapat menghitung perkiraan ilmiah secara pasti
mengenai bila saatnya ( hari, bulan , tahun) akan terjadi peristiwa Gempa
bumi Besar dan Tsunami berikutnya di Sumatera Barat dimasa yang akan datang. Tetapi bukti-bukti ilmiah secara meyakinkan menunjukkan bahwa peristiwa
tersebut dimasa datang sungguh akan terjadi dalam masa seumur hidup generasi
muda hari ini , yang hidup dikawasan rawan bencana ini dimasa datang – sebagaimana
gempabumi besar yang telah terjadi dengan siklus pengulangan setiap kisaran
perioda dua abad dan peristiwa yang terakhir terjadi pada 172 tahun dan 208
tahun yang lalu. Sangat tidak mungkin ada prediksi lain yang lebih baik yang
diakui dan lebih spesifik dibanding prediksi ini, tetapi kita sangat berharap
untuk jangka panjang, bahwa dimasa datang akan ada peningkatan kemampuan dalam perhitungan
perkiraan/prediksi waktu dan perilaku gempabumi besar yang akan terjadi masa depan.
Pengukuran-pengukuran secara ilmiah menunjukkan bahwa akumulasi/
penumpukan tegangan yang berlangsung saat ini akan memuncak ketika Gempabumi Besar Sumatera Barat
terjadi. Ketika gempabumi besar ini terjadi dimasa datang, Kepulauan Mentawai akan
mengalami peristiwa yang sama dengan yang dialami Pulau Nias dan Pulau Simeulue
baru-baru ini.
Kepulauan Mentawai sekonyong-konyong akan naik
setinggi 1 (satu) meter atau lebih. Daratan pesisir pantai Propinsi Sumatera Barat
dan Propinsi Bengkulu akan mengalami penurunan daratan (tenggelam) sedalam
kurang lebih 1,5 (satu setengah) meter, sama halnya seperti yang terjadi di daratan pesisir pantai barat
Sumatera Utara dan Aceh. Peristiwa tersebut akan menyebabkan terjadinya perubahan
permanen posisi garis pantai yang dapat merusak infrastruktur, dan berdampak buruk
terhadap kehidupan sosial ekonomi
masyarakat.
APA YANG TELAH
DILAKUKAN UNTUK KEWASPADAAN ?
Para Ahli dari Jepang, Indonesia dan Amerika
Serikat menyampaikan bahwa persiapan/kewapadaan menghadapi bencana gempabumi dan tsunami sangat menentukan dalam upaya
memperkecil/mengurangi banyaknya korban jiwa/nyawa dan harta benda . Aktivitas yang
bermanfaat diantaranya adalah Simulasi Pengungsian
dan Sosialisasi tentang pemahaman terhadap bencana guncangan Gempabumi dan
landaan gelombang Tsunami sudah dilakukan di Kota Padang. Perubahan infrastruktur
dengan menggunakan konstruksi yang lebih
baik dan yang lebih dapat dipastikan bahwa jembatan masih tetap dapat berfungsi/dipakai
setelah mengalami guncangan gempabumi dan landaan gelombang tsunami. Usaha oleh
Badan Meteorologi & Geofisika untuk memasang Tsunami Early Warning System bagi masyarakat didaratan
pesisir pantai Lautan Hindia juga sedang berlangsung.
Beberapa ilmuwan menyampaikan rencananya untuk melakukan penelitian yang akan sangat
membantu dalam memahami dengan lebih baik perilaku bencana gempabumi dan tsunami yang mengancam pemukiman/masyarakat
di daratan sepanjang pesisir pantai Sumatera Barat dan Bengkulu. Penelitian
Geologi dan Geofisika Kelautan akan
sangat bermanfaat untuk mengetahui patahan-patahan didasar laut yang menimbulkan gempabumi besar.
Penelitian terhadap gempabumi yang kecil-kecil yang terjadi secara bulanan dan tahunan, akan membantu dalam
menganalisa bahwa bagian megathrust sekarang ini berada dalam keadaan tertahan/terjepit
dan bagian megathrust tersebut akan segera terpecah/terlepas yang akan dapat
menimbulkan gempabumi besar. Tersedianya
Peta Topografi daerah pantai dan Peta Bathymetri dasar laut yang akurat akan dapat
dibuat perkiraan daerah rawan landaan tsunami.
Penelitian mengenai adanya bukti-ukti dan jejak-jejak
gempabumi dan tsunami dimasa lalu yang pernah terjadi didaerah ini dapat
digunakan untuk membuat zona daerah rawan gempabumi dan tsunami. Upaya tersebut
akan berguna dalam penyusunan perencanaan
kota/daerah jangka panjang dalam memperkecil resiko
besarnya korban/kehilangan jiwa, harta-benda dan sumber mata-pencarian.
REKOMENDASI KEPADA
INSTITUSI PENELITIAN
INDONESIA
Hal yang sangat mendesak adalah bahwa lembaga
Pemerintah Indonesia agar mendukung keberlanjutan dan pengembangkan upaya
penelitian gempabumi dan tsunami. Lebih dari itu, kami mendukung upaya-upaya yang
berkelanjutan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Penelitian
dan Pengembangan Teknologi (BPPT), Badan Meteorologi & Geofisika (BMG),
BRKP-DKP, Dept. Energi & Sumber Daya Mineral (ESDM), Bakosurtanal, Institut
Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas lainnya
di Indonesia untuk mendapatkan sumber-sumber pembiayaan asing yang lebih
besar untuk memfasilitasi penelitian terhadap ancaman bencana ini. Keberhasilan
penelitian-penelitian yang dilakukan bersama dengan negara-negara lain akan
sangat membantu memberikan pemahaman terhadap ancaman bencana gempabumi dan
tsunami Sumatera.Kita mendukung kerjasama pemerintah dengan ilmuwan-imuwan
asing yaitu berupa fasilitas pendukung untuk pengembangan secara berkelanjutan
terhadap kalangan ilmuwan dan infrastruktur di Indonesia.
Peta Potensi Landaan Tsunami sangat penting bagi masyarakat Sumatera Barat dan
Bengkulu. Peta-peta topografi dan bathymetric yang akurat dan pemahaman yang
lebih baik mengenai sumber-sumber kemungkinan tsunami yang akan terjadi
merupakan masukan yang memiliki arti penting/pokok bagi keperluan pembangunan. Lembaga/
Institusi penelitian Indonesia memiliki peran strategis dalam mencapai tujuan ini.
Adalah penting bahwa usaha yang telah dilakukan LIPI
menyediakan materi/bahan pendidikan kepada masyarakat Sumatera Barat untuk dilanjutkan
dan diperluas dengan mantap. Materi pendidikan ini belum mencapai masyarakat
secara luas di daratan pesisir pantai Sumatera Barat dan Bengkulu.
Masih banyak masyarakat yang takut terhadap tsunami besar lainnya di Sumatera
Utara dan Aceh akan berguna bagi informasi ilmiah yang lebih baik.
Saat ini, semua perhatian
terpusat pada potensi bahaya guncang
gempabumi dan tsunami dari pecahnya megathrust
dimasa yang akan datang. Namun demikian, adalah penting bahwa masyarakat di
Sumatera jangan mengabaikan resiko yang ditimbulkan
oleh patahan besar lainnya yaitu, Sesar Sumatera, yang melintas sepanjang jalur
pegunungan (Bukit Barisan) mulai dari Teluk Semangko sampai ke Banda
Aceh.Sebagai contoh, Banda Aceh akan lebih memiliki resiko terhadap pergerakan
Sesar Sumatera yang berada didaratan
dibanding resiko dari gempabumi dan
tsunami disebabkan oleh megathrust yang berada didasar laut. Dalam kasus
tertentu ini, apakah akan mungkin terjadi gerakan tanah yang diakibatkan oleh pecahnya/bergeraknya Patahan
Sumatera dan seperti apakah kemungkinan peristiwa yang akan terjadi ?
Juga, lokasi-lokasi yang spesifik dari Patahan Sumatera harus diketahui sedemikian
rupa sehingga kegiatan pembangunan yang baru tidak akan ditempatkan pada jalur
Patahan Sumatera tersebut.
REKOMENDASI KEPADA
PEMERINTAH DAERAH DAN
ORGANISASI DAERAH
Secara bertahap, upaya sistematis dalam memperkecil
resiko timbulnya korban jiwa, harta-benda dan produktivitas harus menjadi suatu
tujuan utama. Upaya-upaya tersebut meliputi tiga hal yaitu : pendidikan,
persiapan tanggap-darurat dan perubahan infrastruktur.
PENDIDIKAN
Pendidikan
adalah suatu cara efektif yang terpenting untuk mengurangi resiko banyaknya
korban jiwa akibat gempa dan tsunami. Sebagai contoh, kita mendukung upaya
local yang berkesinambungan sebagaimana yang telah dilaksanakan di Kota Padang
dan Air Bangis yang telah mulai menetapkan prosedur untuk evakuasi penduduk
secara terkoordinir dan cepat dari daerah dataran rendah pantai sesaat setelah
terjadinya gempabumi yang besar. Kita merekomendasikan agar pendidikan mengenai
gempabumi dan tsunami dimasukkan kedalam kurikulum sekolah.
Hal
ini beserta upaya-upaya kependidikan lainnya
harus dapat menjangkau lebih banyak komunitas masyarakat yang beresiko
terkena dampak bancana serta mesti disusun program jangka penjang secara
berkesinambungan.
PERSIAPAN TANGGAP-DARURAT
Akses
(transportasi & komunikasi) kedaerah yang akan terkena pengaruh gempabumi
besar dan tsunami dimasa yang akan datang merupakan hal yang sangat penting
bagi upaya penyelamatan jiwa dan
harta-benda serta upaya pemulihan kembali setelah gempabumi besar dan tsunami
yang akan terjadi tersebut. Perlu upaya memastikan/re-evaluasi terhadap akses
jembatan utama, jalan, pelabuhan laut dan pelabuhan udara yang dapat segera
difungsikan secara cepat setelah terkena pengaruh terjadinga gempabumi besar
dan tsunami. Sebagai salah satu contoh upaya yang mesti dikerjakan adalah
memastikan bahwa jembatan-jembatan dan
tanggul-tanggul perlindungan dimaksud dapat bertahan terhadap gempa bumi besar
dan tsunami bila hal tersebut terjadi. Mempelajari pelajaran mengenai hal
tersebut sebagaimana terjadi di Aceh merupakan perihal yang sangat berharga.
Dalam
kasus jembatan , penerapan kunci/peletakan geser berpasangan dapat mencegah
terlepasnya jembatan dari pondasinya. Jalan-jalan menuju dataran tinggi yang
tegak lurus terhadap garis pantai akan lebih berguna dalam upaya penyelamatan
dari terjangan tsunami.
Pihak
pengelola Pelabuhan Udara agar memiliki perencanaan yang dapat menjaga tetap
berfungsinya fasilitas Pelabuhan Udara setelah terjadinya bencana tersebut. Sebagai contoh, Pelabuhan Udara
harus memiliki fasilitas peralatan yang dapat
membersihkan material endapan tsunami (dan memperbaiki kerusakan)
sesegera mungkin (agar fasilitas pelabuhan udara dapat segera berfungsi untuk
upaya penyelamatan setelah bencana). Hal ini disebabkan karena setelah
diterjang bencana, Pelabuhan Laut berada dalam keadaan kritis (tidak dapat
berfungsi), tindakan antisipasi terhadap hal perlu dipersiapkan.
Rencana
Tindak Tanggap-Darurat sebelum terjadi bencana (pra-bencana) harus
dipersiapkan, dievaluasi dan disimulasikan secara berkala pada semua lembaga
dan masyarakat. Perencanaan-perencanaan ini diperlukan bagi daerah yang berada
dalam zona landaan tsunami.
Keberadaan
Tsunami Early-Warning System diperlukan/dimaksudkan sebagai sumber informasi
bagi Pemerintah Daerah ketika terjadi bencana dalam melakukan upaya
penyelamatan didaerah-daerah rawan bencana tersebut.
PENYESUAIAN INFRASTRUKTUR
Kemampuan
upaya penyelamatan menghadapi terjangan
tsunami dan gempabumi besar memerlukan suatu pendekatan yang kompleks. Daya tahan
jaringan persediaan air bersih dan sistem limbah adalah hal yang penting/kritis
dalam menghadapi terjangan gempabumi dan tsunami. Oleh karena itu, faktor
ketahanan jaringan pipa baik yang berada diatas tanah maupun yang didalam tanah
perlu menjadi perhatian khusus.
Sebagai contoh, pipa-pipa air yang dikaitkan dijembatan-jembatan
harus harus terpasang secara kokoh pada rangka jembatan. Juga, penempatan
jaringan pipa dibawah tanah harus terpasang secara baik untuk menjamin
keamanannya.
Upaya lain yang
harus dilakukan adalah melakukan evaluasi terhadap bangunan-bangunan bertingkat/tinggi
yang telah ada yang akan dapat digunakan sebagai tempat ketinggian untuk
evakuasi. Penggunaan struktur pile-deck
yang kokoh sebagai tempat evakuasi, seperti di Jepang, perlu menjadi pertimbangan. Perhatian khusus pada
konstruksi bangunan mesjid yang dapat digunakan sebagai tempat evakuasi.
Konstuksi yang mudah mengapung seperti tangki-tangki timbun
dan tongkang harus mempunyai pengikat pengamanan
agar tidak terlempar.
Penetapan rencana dan rute/jalur evakuasi/pengungsian seperti
yang telah mulai dilaksanakan di Padang dan Air Bangis. Upaya-upaya ini perlu dilanjutkan
penyelesaiannya hingga sempurna.
Survei yang lebih tepat/akurat terhadap batas-batas hak
kepemilikan (lahan) yang dilakukan sebelum terjadi bencana, akan sangat
membantu ketika kegiatan pemulihan/rehabilitasi dilaksanakan nantinya seusai
bencana terjadi.
Belajar dari
pelajaran/pengalaman peristiwa gempa bumi
besar dan tsunami
(Aceh) yang terjadi baru-baru ini, maka persyaratan membangun
bangunan yang aman terhadap gempabumi dan tsunami harus diterapkan disepanjang
daerah yang berpotensi rawan gempa bumi dan tsunami di Sumatera. Apalagi,
karena saat ini banyak bangunan dibangun
tanpa memenuhi kaidah persyaratan bangunan yang aman ( terhadap gempa bumi dan
tsunami ). Penerapan persyaratan pembangunan bangunan yang tahan gempa bumi dan
tsunami perlu ditetapkan secara resmi. Banyak pelajaran dari bencana Aceh yang
menjadi sangat bermanfaat .
Padang, Agustus
2005.
Terjemahan oleh :
IR. ADE EDWARD/Nip. 410011867
Ketua Tim Evaluasi & Sosialisasi Bencana
Geologi Sumatera Barat Th. 2006
Dinas Pertambangan & Energi Propinsi
Sumatera Barat
Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) - Komisariat Daerah
Sumatera Barat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar