Rabu, 28 September 2011

Puting Beliung Memporak-porandakan 5 Jorong di Kecamatan koto Baru Kab. Dharmasraya

Pada hari Selasa tanggal 27 September 2011 hujan lebat menerpa di sebagian wilayah Sumatera Barat terutama di Kabupaten Dharmasraya. Sekitar pukul 15.00 wib masyarakat  kecamatan Koto Baru dikejutkan dengan datangnya angin puting beliung yang cukup kencang hingga menumbangkan pohon-pohon.
Masyarakat bertambah panik tak kala hujan dengan begitu derasnya dan disertai angin puting beliung menyerang rumah-rumah warga hingga menerbangkan atap-atap rumah dan kubah tempat ibadah.

Petugas BPBD Kabupaten Dharmasraya langsung meninjau lokasi beserta jajaran berusaha untuk mengambil tindakan penyelamatan terhadap masyarakat dan menempatkan ke lokasi pengungsian sementara. Korban jiwa dipastikan tidak ada namun korban materi dari masyarakat  dapat diperkirakan sebesar Rp. 160.000.000,- yang berasal dari 5 (lima) Jorong di kanagarian Sialang Gaung Kecamatan koto Baru, yaitu antara lain : Jorong Tarantang, Jorong Pandaleh, Jorong Sialang Gaung, Jorong Pasar Sialang Gaung dan Jorong Simpang 14.      

Data Kerusakan dan Taksiran Kerugian

Senin, 12 September 2011

Data Kerusakan Kejadian Bencana Alam Puting Beliung Kota Payakumbuh

Seperti diberitakan kemarin, mengenai kejadian bencana alam berupa Angin Puting Beliung dan Hujan Es telah menerpa sebagian wilayah Kota Payakumbuh pada hari Jum'at tanggal 9 September 2011 sekitar pukul 16.30 wib. Setelah Tim Pusdalops PB BPBD Sumatera Barat yang diketuai oleh Kasi. Kedaruratan BPBD Sumatera Barat Bpk Drs. Antorizon. M.Hum, turun ke lapangan pada tanggal 10 September 2011 bersama-sama dengan Satgas PMI Sumatera Barat yang diketuai oleh Bpk Embit dan berkoordinasi langsung dengan BPBD Kab. 50 Kota, Satlak Kota Payakumbuh, Dinsos Kota Payakumbuh, serta Lurah dan jajarannya.

Dari Kabupaten 50 Kota (BPBD Kab. 50 Kota) setelah dikonfirmasi kebenaran data korban yang terkena dampak bencana tersebut, Kelaksa BPBD Kab. 50 Kota yang waktu itu tidak bisa ditemui karena sesuatu hal menjelaskan melalui telephon, bahwa benar telah terjadi bencana tersebut namun akibat yang ditimbulkan tidak sebegitu parah dan tidak mengakibatkan kerugian yang besar kepada masyarakatnya dan telah dapat diatasi.

Namun berbeda pada wilayah di Kota Payakumbuh, setelah Tim bertatap muka dengan Satlak Kota Payakumbuh beserta jajaran, menerangkan bahwa kejadian tersebut mengakibatkan beberapa kerusakan di wilayahnya yaitu pada Kecamatan Payakumbuh Timur. Saat itu Tim beserta jajaran setempat membuka Posko Bencana di Lokasi Kelurahan Koto Panjang kemudian meninjau langsung ke rumah-rumah warga korban dan ditemui oleh Bapak Sekretaris Walikota Payakumbuh di lokasi.
Kami Tim melihat bahwa kerusakan akibat terpaan angin puting beliung tersebut sebagian besar karena rumah warga berupa rumah panggung dengan bahan bangunan dari kayu yang sebagian besar telah lapuk karena dimakan usia.
Petugas kemudian memverifikasi data-data yang diperoleh sebelumnya, dan ditemukan perubahan karena Satlak setempat beserta jajaran, dilapangan masih terus mendata kerusakan-kerusakan lebih detail. Berikut

Hasil Rekap data yang telah kami peroleh bisa dilihat disini: Verifikasi Data Bencana Alam Puting Beliung Kota Payakumbuh

Sabtu, 10 September 2011

Tanah Longsor di Padang Pariaman
Sabtu 10 September 2011 pukul 03:00 wib terjadi bencana alam tanah longsor di Barang-barangan Nagari Sungai Sariak Malai Kecamatan Batang Gasan Kabupaten Padang Pariaman. Korban adalah sebuah keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu, anak perempuan dan anak laki-laki.Sang ayah bernama Syambri berumur 35 tahun bekerja sebagai seorang petani. Si ibu bernama Rosna berumur 30 tahun bekerja sebagai ibu rumah tangga. Anak perempuan bernama Lia berumur 6 tahun dan anak laki-laki bernama Ali berumur 3 tahun. Evakuasi para korban dilakukan secara swadaya oleh masyarakat setempat dan dimakamkan di pemakaman keluarga hari ini.

Puting Beliung menerpa Kabupaten Limapuluh Kota dan Payakumbuh

Pada hari Jum'at tanggal 9 September 2011 sekitar pukul 17.00 wib, bencana angin Puting Beliung melanda Kabupaten 50 Kota yang mengakibatkan banyak terjadi kerusakan, berikut data sementara yang kami dapat dari BPBD Kabupaten 50 Kota dan Kota Payakumbuh , sebagai berikut :


1.       Kab 50 Kota
1)    Nagari Taram Jorong Tanjung Kubang ; 2 rumah rusak berat, 4 rumah rusak ringan, 2 kelas Sekolah Dasar atap nya jebol.
2)    Jorong Sipatai ; 1 rumah rusak berat, 4 rumah dan 1 penggilingan padi rusak ringan.
3)    Jorong Tanjung Ateh ; Sekolah Perguruan Islam rusak ringan.
4)    Jorong Balai Cubadak ; 3 rumah rusak berat dan 3 rumah rusak ringan.
5)    Jorong Subarang ; 2 rumah rusak ringan.
6)    Nagari Andaleh Jorong Kampung Tengah ; 1 rumah rusak ringan.
7)    Jorong Galo Gandang ; 4 rumah rusak ringan, 1 peternakan ayam rusak berat.
8)    Jorong Pincuran Gadang ; 1 rumah rusak ringan.
9)    Jorong Balai Bukit ; 7 rumah rusak ringan.

2.     Kota Payakumbuh
1)    Kelurahan Payobasung ; 1 pabrik dan 9 rumah rusak berat dan rusak ringan.
2)    Kelurahan Koto Panjang ; 55 rumah rusak berat dan ringan serta 2 orang anak luka ringan.
3)    Kelurahan Koto Baru ; 11 rumah rusak berat dan ringan.
4)    Kelurahan Bodi ; 2 rumah rusak berat dan ringan.
5)    Kelurahan Padang Alai ; 1 kandang ayam di peternakan rusak.

Evakuasi dan penyelamatan korban telah dilaksanakan dan korban ditempatkan di lokasi penampungan sementara ke rumah penduduk yang aman serta dengan memberikan makanan siap saji pada korban.

Jumat, 09 September 2011

BNPB MEMBANGUN INDONESIA DISASTER RELIEF CENTRE


Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan membangun sebuah pusat bantuan kemanusiaan untuk penanggulangan bencana (PB) yang diharapkan menjadi yang terbaik atau pusat keunggulan (centre of excellent) di Asia Tenggara khususnya dan di Asia Pasifik pada umumnya. Pusat PB itu diberi nama Pusat Bantuan Kemanusiaan untuk Penanggulangan Bencana atau Indonesia Disaster Relief Centre (Ina-DiReCt) yang dibangun di atas lahan seluas 4 Ha dengan bekas bangunan pabrik seluas 2,25 Ha di daerah Sentul, Bogor, 45 km dari Jakarta atau sekitar 40 menit dari Jakarta Pusat. Proses perencanaan dan disain bangunan Ina-DiReCt ini telah dilakukan pada tahun 2011 ini, sedangkan pembangunan dilaksanakan tahun 2012 dan diharapkan selesai tahun 2013. 

Konsep dan rencana pembangunan Ina-DiReCt itu terungkap dalam konperensi pers oleh Direktur Kesiapsiagaan BNPB Ir. B. Wisnu Widjaja, M.Sc. pada Kamis siang (8/9) di kantor BNPB, Jalan Juanda, Jakarta Pusat. Di hadapan sejumlah besar wartawan media cetak dan elektronik, Wisnu mengatakan, “Pembangunan Ina-DiReCt ini atas perintah langsung dari Presiden RI guna meningkatkan kapasitas dan ketrampilan dalam hal atasi bencana. Indonesia berada di daerah rawan bencana dan oleh karena itu seharusnya menjadi laboratorium bencana pada tingkat dunia".

Lebih lanjut Wisnu menyampaikan, “Tujuan Ina-DiReCt ini adalah sebagai prototype Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) serta Pusat Pelatihan dan Simulasi Pusdalops; Markas dan Sekretariat Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (SRC-PB); Akademi Pelatihan Penanggulangan Bencana yang menyediakan pelatihan berstandar internasional bagi para pengelola bencana baik di tingkat nasional maupun regional, dari praktisi operasional sampai pengambil keputusan; dan Pusat Pemantau Ancaman dan Kajian Risiko Bencana, dan Informasi Bencana.”

Ina-DiReCt ini diharapkan akan:
  • Menyediakan pelatihan kelas dunia di bidang PB untuk bagi para pelaksana bencana.
  • Mempersiapkan SRC-PB yang siap diturunkan ketika ada bencana dalam maupun luar negeri.
  • Menyediakan penelitian berstandar internasional tentang kebencanaan dan PB.
  • Menjadi Pusat Pelatihan bagi Kerjasama Sipil-Militer di bidang PB.
  • Menjadi prototype Pusdalops tingkat nasional yang canggih.
  • Menjadi tempat penyimpanan bantuan logistik dan peralatan bencana bila terjadi bencana berskala besar.




Ina-DiReCt terdiri dari 5 bagian utama, yakni:
  1. Kantor Utama dan Administrasi, bertugas mengelola keseluruhan manajemen serta dukungan bagi kegiatan Ina-DiReCt.
  2. Gudang dan Logistik, menyediakan bantuan operasional dan lingkungan latihan, termasuk prasarana olahraga; gudang, bengkel dan garasi untuk pemeliharaan, dan area penyimpanan material berbahaya yang terpisah.
  3. Pusat Pengendalian Operasi, menjadi fasilitas cadangan untuk Pusdalops Nasional dan dipergunakan sebagai sarana pelatihan, dilengkapi pusat kendali untuk komando dan koordinasi bencana, Disaster Management Information Systems (DMIS) yang didukung oleh teknologi informasi dan komunikasi yang canggih.
  4. Akademi Pelatihan Penanggulangan Bencana Nasional, termasuk 5 unit pelatihan khusus, mulai dari komando, respon lapangan, penelitian, pelatihan staf sampai ke pelatihan sipil-militer yang terkait dengan SRC-PB. Pusdalops maupun Pusat Pelatihan akan dilengkapi dengan teknologi yang canggih.
  5. Fasilitas lain sesuai kebutuhan, terdiri dari ruang pelatihan, auditorium, pusat informasi dan fasilitas dalam dan luar ruangan, seperti area pelatihan Urban Search and Rescue (USAR), sarana olah raga, kolam renang dan asrama.
 
Ina-DiReCt akan dilengkapi dengan sejumlah sarana pelatihan di dalam dan di luar ruangan, fasilitas rekreasi, asrama dan opsi akomodasi lainnya untuk partisipan pelatihan, juga untuk staf pelatihan dan staf pembantu Ina-DiReCt. Fasilitas akan dikonsentrasikan pada simulasi praktis, di mana fasilitas ruang pelatihan berupa ruangan yang dapat diekstensi serta dilengkapi dengan peralatan multi-media, audio visual, layar sentuh, dan lain-lain. Di dalam sarana ini akan didirikan sebuah auditorium modern yang sanggup menampung 400 orang dan sebuah aula/amphitheatre yang multi fungsi. Pusat Media dan
Komunikasi akan menyediakan fasilitas pelatihan dan penyiaran media yang canggih serta Pusat Simulasi dan Pelatihan yang memungkinkan pembuat keputusan dan pemberi komando di bidang kebencanaan melakukan simulasi yang riil berdasarkan skenario bencana yang benar-benar terjadi.
 
Fasilitas Luar Ruangan (Outdoor)
  • Lokasi Simulasi Urban Search and Rescue (USAR) termasuk Lokasi Reruntuhan.
  • Sarana Pelatihan dalam Ruang Tertutup.
  • Sarana pelatihan Outbound.
  • Kolam Renang untuk Simulasi Pelatihan dalam Air.
  • Sarana Olahraga (termasuk gedung olah raga dan lapangan serba guna).
  • Sarana relaksasi di luar ruangan dan taman.
  • Helipad.
  • Area parkir.
 
Wisnu memaparkan bahwa Ina-DiReCt ini meniru pola pusat pelatihan Kepolisian Repbulik Indonesia (Polri) di Semarang yang jadi tempat pelatihan internasional di bidang terorisme, narkoba dan keamanan dengan peserta dari dunia internasional dan didanai oleh lembaga-lembaga internasional pula. Contohnya adalah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendanai para peserta dari Afrika agar dapat ikut pelatihan mengenai terorisme di Semarang. Selain itu konsep Ina-DiReCt itu diperkaya dengan studi banding ke pusat PB Singapore yang dilakukan oleh Australia-Indonesia Facility for Disaster Reduction (AIFDR). Fokus penggunaan Ina-DiReCt ini adalah peningkatanan kapasitas para pelaku PB di dalam negeri, seperti staf BNPB-BPBD dan relawan serta pihak-pihak terkait PB lainnya. Bila ada pimpinan BPBD-BPBD yang baru maka selama 2 s/d 3 minggu wajib ikut pelatihan di Ina-DiReCt. Akan tetapi dalam praktiknya Ina-DiReCt juga akan melatih para peserta dari dunia internasional.
 
Di BNPB ada 3 tingkatan pelatihan, yaitu Tingkat Emas (Gold), Tingkat Perak (Silver) dan Tingkat Perunggu (Bronze). Pelatihan Tingkat Emas ini ditujukan bagi para pembuat keputusan dan staf eselon tinggi. Pelatihan akan dibuat sesuai dengan kebutuhan BNPB, BPBD dan pemegang komando SRC-PB. Pelatihan Tingkat Perak akan difokuskan pada dasar-dasar PB dan pelatihan tanggap darurat bagi para komandan lapangan dan staf koordinasi. Manajer bencana di tingkat nasional, propinsi dan kabupaten/kotamadya adalah sasaran dari pelatihan ini. Selain memberikan pelatihan dasar untuk mendukung tugas penanganan darurat di lapangan, paket pelatihan ini juga akan ditawarkan untuk membantu para manajer bencana di tingkat daerah agar dapat membuat rencana kebencanaan serta mengelola program pemulihan dan rekonstruksi pasca bencana dengan lebih baik. Pelatihan ini akan mengadopsi standar internasional ke dalam konteks lokal. Pengembangan kurikulum dan pengadaptasian ke dalam konteks lokal akan melibatkan Lembaga-lembaga PBB, serta Universitas Internasional.
 
Sementara itu pelatihan Tingkat Perunggu akan menyediakan kursus PB juga pelatihan teknis untuk manajer bencana di tingkat nasional dan sub-nasional. Pelatihan ini ditujukan bagi para spesialis yang akan merespon bencana di lapangan. Kunci keberhasilan dalam mentransfer keterampilan adalah pelatihan praktis disertai simulasi.
 
Ina-DiReCt ini juga menjadi Pusat Pelatihan Sipil-Militer yang mana pusat ini akan mengembangkan kerjasama sipil-militer dan akan menjadi Markas SRC-PB. Pelatihan akan berkisar tentang Standard Operating Procedures (SOP) untuk keterlibatan sipil bersama dengan militer dalam bencana dan tanggap darurat. Pusat ini akan mempromosikan pembelajaran sipil-militer di bidang kebencanaan dan tanggap darurat serta bekerjasama dengan universitas nasional seperti UNHAN, demikian juga dengan Pusat Kerjasama Sipil-Militer lainnya. Unit ini mencakup:
  • Markas/Sekretariat SRC-PB.
  • Pelatihan Dasar SRC-PB.
  • Pelatihan Penugasan Tanggap Darurat (Rapid Deployment).
  • Pelatihan Sipil-Militer Internasional - (Civil-Military Coordination/CMCoord).
  “Ina-DiReCt ini pada intinya menjadi pusat berbagi pengetahuan dan pengalaman PB untuk peningkatan kapasitas. Jangan sampai Indonesia sebagai laboratorium bencana malah diambil oleh negara lain, tapi hal itu tetap dipegang dan dipimpin oleh bangsa Indonesia sendiri. Ina-DiReCt merupakan ‘kawah candradimuka’ bagi para pelaku PB, “kata Wisnu mengakhiri pemaparannya. (BNPB)

Kamis, 08 September 2011

Seismograph Berbasis Optik

Mahasiswa Pasca Sarjana Magister Technologi
Informasi IBI Darmajaya Dodi Yudo Setiawan, S.Si
dan Yuni Arkhiansyah, S.Kom bersama Seismograph
berbasis Optik karya mereka. (foto: Shinta)
BERKAT penemuannya yang inovatif dan bermanfaat bagi perkembangan teknologi, Dodi Yudo Setyawan, S.Si., mahasiswa Pascasarjana Magister Teknologi Informasi IBI Darmajaya menjadi juara kedua pada kompetisi Sang Penemu yang diselenggarakan LPP TVRI Stasiun Lampung, Juni 2011. Temuannya adalah seismograf berbasis optik. ’’Saya sedih karena banyaknya bencana alam gempa bumi di Indonesia yang banyak menelan korban jiwa dan harta.

Banyak anggapan bahwa gempa bumi tidak dapat diprediksikan datangnya karena tidak cukup dan tak ada identifikasi data mengenai getaran kulit bumi yang berpotensi gempa,’’ ujarnya. Menurut Dodi, seismograf yang ada sekarang hanya mencatat getaran-getaran kulit bumi di wilayah tertentu dengan data yang hanya dituliskan pada kertas seismograf. Kemudian hanya dipakai untuk mengetahui gempa berskala besar yang sudah terjadi sehingga menjadi tidak efisien.

’’Melihat itu, saya bersama rekan, Yuni Arkhiansyah, S.Kom., melakukan penelitian mengenai alat seismograf berbasis optik,’’ ungkapnya. Alat tersebut, ia menambahkan, adalah pendeteksi gelombang seismik atau gempa yang terdiri atas sensor fotodioda dengan sumber cahaya LED inframerah. ’’Dengan menggunakan kantilever, intensitas cahaya yang diterima fotodioda bersesuaian dengan jarak antara fotodioda dengan LED inframerah juga bersesuaian dengan besar-kecilnya getaran atau gempa yang terjadi,’’ tutur dia. Semakin besar intensitas yang dikirim sensor, ia menjelaskan, kian besar pula tegangan keluaran sensor dan inilah yang dapat mengukur kekuatan gempa. ’’

Software untuk membangun alat ini menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0 dan Microsoft SQL Server 2000. Data getaran atau gempa ditampilkan dalam bentuk grafik realtime dan analisa grafik dilakukan pada grafik yang tidak realtime,’’ ucap Dodi didampingi Yuni. Ia juga menuturkan, seismograf digital dapat digunakan untuk deteksi gempa secara nonsetop 24 jam. Pengoperasian seismograf digital lebih sederhana dibandingkan analog. Hasil pengukuran akan secara otomatis terpampang pada layar komputer. 
’’Manfaat yang didapat dari seismograf digital adalah membantu Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) dalam pemantauan fenomena alam di atas permukaan bumi khususnya seperti getaran kulit bumi atau gempa. Di mana, fenomena-fenomena tersebut memerlukan peralatan yang mendukung untuk memperoleh data akurat,’’ urainya.

Peralatan yang digunakan selama ini dibeli dari luar negeri dan dengan harga tinggi. ’’Jadi, dengan merealisasikan seismograf berbasis optik akan memberikan kontribusi nyata terhadap pengadaan peralatan bagi BMG dan meminimalkan biaya pembelian alat dari luar negeri. Apalagi dengan kualitas yang sama, biaya yang sangat rendah, dan penelitian yang berkesinambungan, akan memberikan dampak baik ke depan tanpa bergantung luar negeri. Dengan alat ini, kita mudah menganalisis gempa dan memprediksinya lebih awal karena memiliki pola yang terjadi,’’ tuturnya. (shn/c3/tru : www.radarlampung.co.id)

Mengenal Seismograph

Setelah Tsunami Aceh 2004, Pemerintah Republik Indonesia bekerjasama dengan 14 negara donor serta institusi dalam dan luar negeri diantaranya ; UNESCO, CTBTO, America, French, Japan, German, China) bersama-sama untuk membangun sistem baru peringatan dini tsunami atau Tsunami Early Warning System (TEWS). Tujuannya untuk mengurangi korban jiwa lebih besar diakibatkan oleh bahaya tsunami. Mulai tahun 2005 untuk mewujudkan program tersebut akan diinstalasi sekitar 160 seismograf, 500 akselerograf, dan 15 digital strong-motion akselerograf. Pada tahun 2010 BMG berganti nama menjadi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Operasional monitoring seismik seluruh wilayah Indonesia dikembangkan menjadi 10 PGR. Sedangkan untuk observasi muka laut BPPT dan RISTEK sebagai mitra kerja dalam negeri BMKG bertugas menangani operasional 60 tide gauge, dan 15 Dart-Buoy, secara berurutan disebar ke seluruh wilayah Indonesia. Telekomunikasi yang digunakan adalah 5 in 1 terdiri dari ; internet (web, mail), sms and mobile-phone, radio-internet, faximile, telepon. Oleh karenanya penentuan parameter gempabumi bumi disertai diseminasi peringatan gempabumi dan tsunami sekarang ini bisa dicapai dalam tempo 5 – 10 menit ke tangan pengguna. Mulai tahun 2006, BMKG mengadopsi software analisa SeiscomP dari GFZ Jerman untuk menentukan parameter gempabumi. Hal ini adalah bentuk implementasi kerjasama bilateral Indonesia – Jerman. Institusi yang terbentuk adalah GITEWS (German Indonesia - Tsunami Early Warning System). Tahun 2007, China tidak mau ketinggalan untuk berkecimpung dalam Ina-TEWS, software analisa epicentre MSDP CEA di-instalasi untuk membandingkan hasil analisa SeiscomP pada saat penentuan lokasi pusat gempa. Pembangunan Ina-TEWS secara masif diteruskan, sejak 2006 sampai 2008, BMKG terus mengusulkan penambahan sensor seismograf untuk melengkapi sebaran pusat gempabumi di daerah-daerah rawan tektonik. Pembangunan itu meliputi satu pusat nasional, 10 pusat regional, 160 seismometer broadband, dan 500 akselerometer CTBT mempunyai beberapa jenis jaringan seismik di dunia, yaitu : sistem primary dan auxiliary. Sistem primary terdiri dari 50 stasiun, 30 stasiun array, 19 stasiun 3-komponen. Sistem auxiliary terdiri dari 120 stasiun, 7 stasiun array, 112 stasiun 3-komponen. Jaringan stasiun seismograf auxiliary CTBT, 6 stasiun berada di Indonesia yaitu : Kappang, Parapat, Lembang, Kupang, Sorong dan Jayapura.
GITEWS secara bertahap membangun sistem peringatan tsunami berbasis database pemodelan tsunami yang diverifikasi dengan observasi permukaan air laut. Sistem yang rencananya diluncurkan tahun 2010 dinamakan DSS (Decision Support System) bertujuan untuk membantu operator gempabumi untuk menentukan keputusan peringatan tsunami. DSS memilah-milah segmen pantai tingkat kecamatan menurut tingkatan peringatan (mayor, tsunami, saran) berdasarkan nilai perkiraan ketinggian tsunami, kecepatan waktu tiba, dan proporsi populasi geografis di tiap segmen pantai rawan tsunami. Berdasarkan informasi detil peringatan tsunami yang disampaikan tersebut, pemerintah daerah di daerah bencana tersebut akan mampu memutuskan tindakan mitigasi yang diperlukan, misalkan ; evakuasi total, sebagian atau hanya waspada. Informasi diteruskan oleh pemda ke masyarakat melalui sirine atau alat telekomunikasi setempat. Sekalipun jumlah jaringan seismik BMKG telah mengalami peningkatan cukup siginifikan dari tahun-tahun sebelumnya, namun hal itu masih sangat dirasakan kurang dibandingkan dengan luas daerah Indonesia dengan aktifitas gempabumi yang tinggi, karenanya dilakukan kerjasama dengan jaringan seismograf luar negeri agar bisa menambah dan saling bertukar data gempa. Saat ini BMKG baru dapat menerima data seismik yang real time dari Australia, Malaysia dan beberapa jaringan seismik internasional seperti Geofon dan IRIS. IRIS (Incorporated Reserach Institutions for Seismology) http://www.iris.edu/hq/ adalah suatu konsorsium nasional negara-negara Eropa dalam pengoperasian fasilitas ilmiah, manajemen dan distribusi data seismik global. IRIS telah berperan besar dalam rangka memajukan infrastruktur dan penelitian ilmiah tentang bencana gempabumi, eksplorasi sumber daya alam, dan monitoring percobaan ledakan nuklir, melalui jaringan nasional dan internasional seismik GSN (Global Seismografic Network), IRIS PASSCAL, dan IRIS DMS. IRIS telah melakukan hubungan kemitraan dan kolaborasi dengan hampir seluruh negara di dunia dengan membantu pengembangan infrastruktur teknis, dan kapasitas SDM. Aktifitas USGS (United States of Geological Surveys) http://earthquake.usgs.gov/earthquakes/recenteqsww/ disamping memantau aktifitas getaran gempabumi yang terjadi di negara-negara bagian Amerika, namun juga di dunia lainnya. Perjanjian kerjasama dan kontrak kerja USGS dalam hal studi gempabumi bumi diterapkan melalui program hibah dengan pihak perguruan tinggi, negara, regional dan lokal instansi pemerintah, swasta dan industri yang bertujuan untuk mengembangkan informasi, pengetahuan, dan metode yang relevan dalam program bencana gempabumi. Data dan produk USGS beberapa diantaranya dapat diakses melalui internet seperti katalog gempa, waveform data, data bahaya gempa, getaran tanah, dan informasi kerak bumi. BMKG bekerjasama juga dengan organisasi PBB yang membidangi pengawasan percobaan senjata nuklir yaitu CTBTO (Commision Nuclear Test-Ban Treaty Organization) dalam hal pertukaran data gempabumi dengan pengawasan IDC (International Data Centre) untuk keperluan sistem peringatan dini tsunami Indonesia. Saat ini CTBT sedang mengembangkan teknologi untuk memonitor ledakan nuklir dengan menggunakan metode seismik, infrasound, hydroakustic dan radiasi nuklir. Data Hydroakustik sangat berguna untuk tujuan penelitian seperti perambatan retakan. Data seismik tambahan dapat diminta untuk akses data real time. CTBT mempunyai beberapa jenis jaringan seismik di dunia, yaitu : sistem primary dan auxiliary. Sistem primary terdiri dari 50 stasiun, 30 stasiun array, 19 stasiun 3-komponen. Sistem auxiliary terdiri dari 120 stasiun, 7 stasiun array, 112 stasiun 3-komponen. Jaringan stasiun seismograf auxiliary CTBT, 6 stasiun berada di Indonesia yaitu : Kappang, Parapat, Lembang, Kupang, Sorong dan Jayapura. (oleh: Pemodelan Tsunami Gempa)