Rabu, 30 September 2015

Catatan Kualitas Udara Sumbar Bulan September

Padang 30/9, Catatan Pusdalops PB BPBD Sumatera Barat, kualitas udara PM10/ kadar partikel debu di wilayah Sumatera Barat di bulan September 2015 terkait ancaman kabut asap akibat pembakaran lahan dan hutan, grafisnya fluktuaktif atau berubah-ubah.

Di hari pertama (1/9/15) sempat dalam kategori "Tidak sehat" dan kembali turun ke "Sedang" selama 16 hari. Namun kembali naik selama dua hari pada tanggal 18/9/15 dari "Tidak Sehat" hingga "Sangat Tidak Sehat" dan turun kembali dalam kategori "Sedang" hingga pada hari ke 29.

data kualitas udara tanggal 1-30 sept 2015
(diambil dr BMKG Kototabang Sumbar)
Hari ini 30/9/15, kualitas udara Sumatera Barat naik level ke "Tidak Sehat". Menurut informasi Satgas Pusdalops yang di dapat dari hasil koordinasi dengan SKPD terkait, bahkan di Dharmasraya saat ini kualitas udara yang terjadi di daerahnya mencapai 400-600 mikrogram per meter kubik. Sehingga mereka yang sebelumnya telah melaksanakan Darurat Kabut Asap hingga berakhir selama 14 hari, terpaksa memperpanjang kembali status tersebut hingga 14 hari lagi. 

grafik kualitas udara dari tanggal 1 - 30 Septe 2015
Pusdalops PB Sumbar kembali menerangkan, Dharmasraya saat ini meliburkan sekolah siswa/siswinya, sambil melihat kondisi hingga hari senin depan, jika kondisi ini masih berlanjut maka akan terpaksa meliburkannya kembali.

Untuk jarak pandang di kota Padang, secara visual terpantau kurang dari 1 km dan untuk penerbangan di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) masih dalam kondisi aman dengan jarak pandang dari permukaan lintasan 4.000-5.000 meter. (gst)

Review Gempabumi Sumatera Barat 30 September 2009 Sebagai Upaya Mitigasi Bencana

BMKG 30/9/15, Hari ini 6 (enam) tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 30 September 2009 pukul 17:16:09 WIB seluruh wilayah Sumatera Barat merasakan guncangan gempabumi yang sangat kuat, guncangan yang disebabkan oleh gempabumi tersebut juga dirasakan di kota-kota Sumatera lainnya, bahkan guncangan tersebut terasa sampai ke Singapura, Malaysia, Thailand dan juga di Jakarta dengan intensitas III MMI. Gempabumi dengan kekuatan 7.9 SR dengan kedalaman 71 km dan pusat gempa pada 0.84 LS – 99.65 BT ini kurang lebih sekitar 57 Km Barat Daya Pariaman, Sumatera Barat, gempa ini telah memporak-porandakan hampir seluruh wilayah Sumatera Barat khususnya wilayah pantai Barat Sumbar.

Melihat hasil peta guncangan (shakemap) yang diakibatkan oleh gempabumi tanggal 30 September 2009, maka intensitas guncangan gempa yang sangat kuat terjadi di Pariaman, Agam, Padang dengan intensitas VIII MMI, berdasarkan skala Modified Mercalli Intensity merupakan skala ukuran kerusakan akibat gempabumi berdasarkan pengamatan efek gempabumi terhadap manusia, struktur bangunan, lingkungan pada suatu tempat tertentu maka intensitas pada skala VIII MMI ini dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan yang tidak kuat , kerusakan ringan pada bangunan-bangunan dengan konstruksi yang kuat, retak-retak pada bangunan yang kuat, dinding dapat terlepas dari kerangka rumah, sedangkan kota-kota di Sumatera Barat lainnya dengan intensitas VI-VII MMI antara lain di Bukit Tinggi, Padang Panjang,Pasaman, Pasaman Barat, Batu Sangkar, Solok, Solok selatan, dan Pesisir Selatan. Gempabumi tersebut telah menyebabkan sedikitnya 1100 orang meninggal, 2180 orang luka-luka dan 2650 bangunan rumah rusak berat/ringan termasuk gedung-gedung kantor, sekolah, rumah sakit, tempat ibadah, pasar, jalan, jembatan dengan kerusakan paling parah sepanjang pantai Barat Sumatera Barat juga telah menyebabkan jaringan listrik dan komunikasi terputus, sebagian besar korban disebabkan karena tertimpa reruntuhan bangunan dikarenakan kontruksi bangunan yang tidak aman,akibat gempa juga terjadi eksodus besar-besaran warga yang tinggal disekitar pantai ke tempat lain karena adanya isu akan datangnya gelombang tsunami.

Gambar 1. Waveform gempabumi tanggal 30 September 2009 dari seismograph SPS-3 yang pasang di Padang Panjang, menunjukkan amplitudo max offscale
Wilayah barat pulau Sumatera merupakan salah satu kawasan yang terletak pada pinggiran lempeng aktif dunia hal ini dapat dilihat pada tingginya kejadian gempabumi diwilayah ini karena wilayah ini adalah daerah pertemuan lempeng tektonik Indo-Australia dengan lempeng tektonik Eurasia. Sumber gempa di wilayah ini tidak hanya bersumber dari pertemuan lempeng tektonik tersebut tetapi juga dikarenakan adanya sesar Mentawai (Mentawai Fault System) dan sesar Sumatera (Sumatera Fault System). Dengan adanya 3 (tiga) sumber gempabumi tersebut menambah kompleknya tektonik wilayah Sumatera dan menyebabkan wilayah Sumatera merupakan daerah yang rawan terhadap Gempabumi.

Berdasarkan katalog gempabumi merusak BMKG, ke-tiga sumber gempabumi di Sumatera tersebut, baik gempabumi yang terjadi di Subduksi, sesar Mentawai dan sesar Sumatera telah menyebabkan kerusakan bangunan dan juga korban jiwa, yaitu dimulai pada tahun 1926 gempabumi terjadi disekitar danau Singkarak yang menyebabkan 354 orang meninggal dunia, kejadian gempabumi selanjutnya berturut-turut terjadi pada tahun 1977, 1979, 1993, 1994, 1995, 1998, 2004, 2005, 2007, 2008, 2009 dan 2010. Beberapa gempabumi tersebut disamping menyebabkan kerusakan bangunan juga menimbulkan tsunami.

Kini setelah 6 tahun berlalu kejadian itu masih teringat pada sebagian besar masyarakat Sumatera Barat karena disamping diantaranya menjadi korban reruntuhan bangunan yang disebabkan oleh gempabumi juga sebagian dari mereka kehilangan keluarga dan harta bendanya dan mereka juga masih trauma dengan kejadian gempabumi 30 September 2009. Mengingat wilayah Sumatera merupakan wilayah yang rawan terjadinya gempabumi dimana gempabumi juga mempunyai return periode kejadiannya maka dengan melihat kembali sejarah kejadian gempabumi dimasa lalu dapat meningkatkan kesadaran kita akan pentingnya pemahaman tentang gempabumi, mengetahui daerah-daerah rawan gempabumi, respon atau tindakan sebelum,sesaat dan setelah terjadinya gempabumi haruslah dipahami dan yang penting adalah sosialisasi yang menerus kepada masyarakat tentang ancaman bahaya gempabumi serta sosialisasi dari pemerintah pusat/daerah dan juga lembaga swadaya masyarakat tentang pentingnya kontruksi rumah aman gempa pada daerah rawan gempa, sedangkan masyarakat yang tinggal didaerah pantai disamping memahami hal tersebut diatas juga mengetahui jalur-jalur evakuasi yang sudah ada disetiap wilayah perkampungan, juga meningkatkan kesadaran tentang pentingnya melakukan evakuasi sesegera mungkin sesaat setelah merasakan guncangan gempabumi yang kuat untuk menjauh dari pantai mencari tempat-tempat yang tinggi.

(dikutip dari: BMKG Padang Panjang)

Senin, 21 September 2015

Belum Saatnya "Darurat Asap" bagi Sumatera Barat

Padang 21/9, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat belum menyatakan "Darurat Asap". Kualitas Udara wilayah Sumatera Barat belum membahayakan dan belum berdampak serius; bagi kesehatan, sosial, bahkan perekonomian masyarakat Sumatera Barat. Hal ini disampaikan dalam hasil rapat koordinasi pada Sabtu 19/9 dengan jajaran SKPD penanggulangan bencana terkait dampak dari maraknya pembakaran hutan dan lahan di provinsi tetangga.

Dalam rapat yang dilaksanakan di kantor Pusat Pengendalian Operasi penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) BPBD Sumbar tersebut, hadir Kepala BMKG Bandara BIM, Kepala Bidang dari Bapeldalda, Satgas Pusat Penanggulangan Krisis Dinas Kesehatan,  Kelaksa BPBD Sumbar beserta Kabid. Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Kabid. Kedaruratan dan Logistik serta kalangan pers.

Plt. Kepala Pelaksana BPBD Sumbar, Zulfiatno menjelaskan hasil keputusan bersama dalam rapat tersebut, Bahwa kabut asap yang menyelimuti saat ini baru membawa potensi ancaman, untuk itu BPBD Sumbar tetap melaksanakan koordinasi dengan berbagai SKPD guna melakukan pantauan dan kesiapsiagaannya. Diakui bahwa masyarakat saat ini telah resah, dari pantauan visual jarak pandang antara 500 hingga 1.500 meter, bahkan beberapa kabupaten atau kota ada yang telah meliburkan anak didiknya. Namun asap ini belum dalam kategori membahayakan. Dalam pengamatan dari berbagai jajaran seperti BMKG, Bapedalda serta Dinas Kesehatan pada intinya kualitas udara masih fluktuatif yaitu masih bergerak berubah-ubah antara kategori sedang-tidaksehat-sangat tidak sehat dan turun kembali ke-sedang. Jarak pandang di bandara Minangkabau BIM diatas 1.500 meter dan masih bisa melakukan aktifitas penerbangan. Penyakit sesak napas atau ISPA masih belum dalam kategori Kejadian Luar Bisa. 

Zulfiatno kembali menjelaskan, kami belum memutuskan untuk melaksanakan "Darurat Asap" seperti halnya provinsi-provinsi lain seperti pekanbaru, Riau, Sumatera Selatan, Jambi, karena dampaknya belum berbahaya, serta titik api dari Karlahut di Sumbar juga hampir tidak ada, hanya sedikit dan itu cepat diatasi oleh masing-masing daerah.

BPBD Sumatera Barat juga juga telah mengerahkan personil serta kebutuhan peralatan dan logistiknya dalam upaya pencegahan tidak hanya masalah kabut asap, namun juga masalah dampak kekeringan seperti di kabupaten Dharmasraya. Kekeringan saat ini melanda masyarakat Dharmasraya sehingga pemerintahan setempat memberlakukan "Tanggap Darurat Kekeringan" selama 14 hari. Tim saat ini beroperasi untuk mendistribusikan air bersih terhadap masyarakat daerah terdampak tersebut.

Dari informasi prakiraan potensi hujan BMKG, wilayah Sumatera dan Sumatera Barat pada khususnya, diperkirakan mengalami hujan dengan intensitas ringan-sedang terjadi di awal-awal oktober 2015 dan mencapai puncaknya pada bulan Desember 2015. Ini dapat menjadi pedoman bagi wilayah Sumatera Barat dalam melakukan segala kegiatan serta mempersiapkan segala sesuatunya terutama terhadap timbulnya ancaman bencana lainnya seperti, banjir dan longsor.

Sumatera Barat adalah supermarketnya bencana. Upaya-upaya Kesiapsiagaan, Peringatan dini serta mitigasi selalu rutin dilaksanakan oleh petugas kebencanaan. Salam Tangguh. (Gst) 

Rabu, 16 September 2015

Terkait Sistim Peringatan Dini BMKG, Bappenas Mengunjungi Pusdalops PB Sumbar

Padang 16/9, Terkait fungsionalitas peralatan bencana gempabumi dan tsunami milik BMKG, Rombongan Bappenas mengunjungi Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) BPBD Sumatera Barat hari ini pukul 11.00 wib, yang didampingi oleh Tim BMKG Sumatera Barat. Kunjungan tersebut disambut Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sumbar, R. Pagar Negara beserta Satgas Pusdalops PB.

Tim rombongan Bappenas Bidang Direktorat Lingkungan Hidup yang diketuai oleh bapak Halim Maturahim, menjelaskan maksud dan kedatangan tim tersebut, sejauh mana manfaat serta berfungsinya peralatan yang telah dipasang dan di sosialisasikan oleh BMKG kepada Satgas Pusdalops PB dan juga implementasinya bagi instansi pemerintah/ lembaga terkait. Peralatan ini terkait dengan sistim peringatan dini kebencanaan untuk gempabumi dan tsunami yang telah terpasang di wilayah Sumatera Barat.

Kepala BMKG Klas I Padang Panjang, Rahmat Triono juga menjelaskan peralatan sistim peringatan dini yang telah terpasang seperti sirine yang berada di enam titik pesisir barat pantai Sumatera Barat beserta alat aplikasi DVBnya telah disosialisasikan kepada petugas yang berada di provinsi maupun di daerah. Ditambahkan, mereka juga secara berkala mengadakan maintenance terkait fungsionalitas peralatan tersebut.

Hal ini juga dibenarkan oleh Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sumatera Barat, R. Pagar Negara sebagai penanggung jawab di Pusdalops PB, bahwa selama ini selain adanya peralatan yang disediakan oleh pihak BMKG telah berfungsi dengan baik juga sangat membantu bagi Satgas Pusdalops dalam memberikan informasi yang tepat dan akurat, serta berfungsi sebagai pertimbangan dalam menjalankan keputusan, serta diseminasi dini oleh pimpinan kepada petugas juga kepada masyarakat. Ditambahkan juga, dengan adanya layanan informatif secara up-to-date dari BMKG baik melalui laporan tertulis kepada BPBD, juga melalui website dan medsosnya seperti ancaman kabut asap yang sedang berlangsung saat ini, pemerintah sangat terbantu dengan adanya informasi mengenai kualitas udara, cuaca, serta arah angin wilayah Sumatera Barat, sehingga dapat menjadi dasar dalam memberikan keputusan yang sangat penting dan tepat.

Pertemuan Bappenas, BMKG dan Satgas Pusdalops PB BPBD Sumbar (Rabu,16/9)
Rahmat Triono kembali memaparkan, saat ini peralatan sistim peringatan dini hanya terpasang di titik wilayah bagian tepi barat, dan yang dapat mengakses informasi dari peralatan tersebut juga masih dalam lingkup pengambil keputusan di area tersebut, mengingat ancaman gempabumi tidak hanya di area subduksi/ perairan pantai barat namun juga terdapat ancaman yang perlu diwaspadai yaitu jalur yang berada di daratan atau pada jalur sesar semangko. Untuk itu BMKG rencana ke depan akan memfungsikan peralatan tambahan di beberapa titik pada area patahan dalam waktu dekat ini, seperti di kota Bukittinggi, Padang Panjang, Solok Selatan dan beberapa daerah yang terlintasi jalur patahan semangko. 

Diharapkan pemerintah semakin siap dalam memberikan layanan informasi dan diseminasi kebencanaan kepada masyarakat luas, terutama masyarakat Sumatera Barat. (gst)

Selasa, 08 September 2015

Jeruk Makan Jeruk: Kantor Pemadam Kebakaran Kota Pariaman Terbakar

Kantor Damkar Pariaman yang terbakar
Pariaman (8/9), malam pukul 19.45 wib masyarakat dikejutkan oleh kejadian kebakaran di kantor Pemadam Kebakaran Kota Pariaman.  Petugas yang bertugas saat itu berusaha memadamkan api di kantornya sendiri, musibah memang tidak kenal tempat dan kapan. Kata salah satu iklan "jeruk kok makan jeruk" begitu celoteh salah seorang penonton.

Kronologis kejadian diutarakan oleh seorang petugas, berawal dari pemadaman listrik secara bergilir oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN), disaat aliran listrik PLN hidup kembali, travo yang berada di dalam gedung kantor Damkar langsung meletus dan memercikan api hingga membakar ruangan. Kejadian yang tiba-tiba tersebut hingga menghanguskan satu gedung Damkar dan Dinas Perhubungan bagian KIR yang berada di samping kantor Damkar.

Diutarakan juga, terdapat beberapa kendaraan roda dua milik petugas yang ikut terbakar dalam kejadian itu. (gst)


Selasa, 01 September 2015

Kabut Asap; Kualitas Udara Sumatera Barat Dalam Kategori Tidak Sehat

Padang (1/9), Kualitas udara di wilayah Sumatera Barat dalam kategori "Tidak Sehat". Hal ini disampaikan oleh BMKG, Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) yang berlokasi di Bukit Koto Tabang Kabupaten Agam hari ini (1/9). Menurutnya pada pukul 11.00 wib kadar Aerosol PM10 yaitu partikel air di udara telah mencapai 214 mikro gram per meter kubik, artinya dengan rata-rata diatas 150 hingga 250 mikro gram PM10 tersebut, kualitas udara dalam kategori "Tidak Sehat".

Menurut laporan Pusdalops PB BPBD Provinsi Sumatera Barat yang telah melakukan koordinasi dengan seluruh BPBD di wilayah Sumatera Barat, mereka melaporkan rata-rata wilayahnya memiliki jarak pandang antara 50 meter hingga 4 km. Seperti Kabupaten Sawahlunto, melaporkan jarak pandang di wilayahnya mencapai kurang dari 1 km, dan masyarakat sudah mulai khawatir. Pemakaian masker mulai diberlakukan. Begitu juga di daerah lain seperti Dharmasraya, Limapuluh Kota, Kota Solok, Solok Selatan, Kepulauan Mentawai dan Padang. 

Pusdalops PB Sumatera Barat juga menjelaskan pantauan dalam 2 hari terakhir, kualitas udara berdasar informasi dari Stasiun GAW BMKG, masih dalam kategori sedang. Dikarenakan pada hari ini cuaca Sumatera Barat dalam kondisi cerah, kabut asap mulai merebak menyelimuti daerah-daerah dan mengakibatkan kondisi kualitas udara dalam kategori "Tidak Sehat". 
"Pada saat ini kebutuhan logistik berupa masker yang dimiliki daerah tidak mencukupi, mereka pada melaporkannya atau meminta kebutuhan tersebut ke Provinsi, di pemerintah Provinsi sendiri masker yang dibutuhkan tersebut juga terbatas (belum bisa memenuhi untuk kebutuhan daerah)," imbuhnya. 

Ditambahkan menurut Informasi Indra Feri, M.Kes dari Pusat Penanggulangan Krisis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, mereka juga telah melakukan sosialisasi sebelumnya hingga hari ini terkait maraknya kabut asap yang telah memasuki wilayah Sumatera Barat. Kepada masyarakat agar mempergunakan masker/ penutup hidung saat keluar rumah, dan agar mengurangi kegiatan di luar rumah.(Gst)