Rabu, 26 Agustus 2015

Waspada: Asap Karhutla Mulai Menyelimuti Sumatera Barat

Sumatera Barat mulai diselimuti kabut asap. Hari ini (26/8), dari laporan BPBD Kabupaten/ Kota wilayah Sumatera Barat kepada Pusdalops PB BPBD Sumatera Barat, 3 daerah yang melaporkan wilayahnya telah diselimuti oleh kabut asap dengan jarak pandang rata-rata 100 meter. Daerah tersebut diantaranya Kabupaten Sijunjung, Kota Payakumbuh, dan Kabupaten Dharmasraya. Wilayah Dharmasraya melaporkan asap yang menyelimuti wilayahnya sudah mulai menebal.

Beruntung sebagian wilayah Sumatera Barat hingga bulan Agustus ini masih sering diguyur hujan sehingga dapat meredam merebaknya asap yang ditimbulkan oleh adanya Karhutla. Asal munculnya kabut asap di Sumatera Barat ini diduga terimbas adanya Karhutla wilayah Sumatera, terutama dari arah wilayah Riau. BMKG mencatat sebanyak 206 titik api yang tersebar di Provinsi Sumatera Selatan, Jambi dan Riau. Bangka Belitung 12 titik, Sumatera Selatan 86 titik, Jambi 94 titik, Lampung 7 titik, dan Riau 7 titik. BMKG juga mencatat pada hari ini (26/8) arah angin wilayah Sumatera berhembus dari tenggara ke barat-daya dengan kecepatan rata-rata 12-17 km/jam.

Menyikapi adanya ancaman kualitas udara yang tidak sehat ini, BMKG melalui Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) di Bukit Koto Tabang Kabupaten Agam mengindikasi buruknya kondisi udara dan pengaruhnya terhadap kesehatan, penurunan jarak pandang juga semakin terlihat hingga mempengaruhi aktifitas warga. Untuk itu stasiun GAW melakukan pengukuran kosentrasi kosentrasi aerosol PM10 di beberapa kota di wilayah Sumatera Barat, dengan tujuan untuk mengetahui kondisi kualitas udara di daerah perkotaan pada saat terjadinya kabut asap.

Sutopo Purwo Nugroho (direktur Pusdatin dan Humas BNPB) terkait mulai maraknya kembali terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang terjadi persis di wilayah-wilayah sebelumnya. BNPB bekerjasama dengan instansi-instansi terkait serta relawan mulai bahu-membahu kembali untuk melakukan pemadaman di lokasi-lokasi titik api tersebut. Menurutnya asap dari Sulsel, Jambi, dan Riau ini sudah mulai memasuki Kepri dan Singapura.

10 Helikopter Water Bombing dikerahkan BNPB
 Upaya pemadaman, BNPB juga telah mengerahkan 10 Helikopter Water Bombing ke sejumlah lokasi. Termasuk juga di wilayah Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah yang mana karhutla juga terjadi semakin parah di wilayah tersebut. Mengapa kejadian ini terus berulang? imbuh Sutopo. (Gst)

Jumat, 14 Agustus 2015

ANCAMAN GEMPABUMI DI SUMATERA TIDAK HANYA BERSUMBER DARI MENTAWAI MEGATHRUST


Sejak Gempabumi besar disertai tsunami yang melanda di provinsi Aceh tanggal 26 Desember 2004, masyarakat mulai memahami dan menyadari akan potensi gempa dan tsunami yang dapat terjadi di daerah-daerah lainnya, termasuk juga para peneliti kegempaan mulai memetakan daerah-daerah mana saja yang perlu diwaspadai kemungkinan gempa dan tsunami bakal terjadi. Yang sangat menjadi perhatian saat ini baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah dan juga para ahli kegempaan akan adanya potensi gempa besar disertai tsunami adalah di Sumatera Barat khususnya di Mentawai megathrust.

Tentunya ancaman gempabumi di Sumatera itu bukan hanya bersumber dari Mentawai megathrust saja, ada 3 (tiga) sumber ancaman gempabumi di Sumatera, yaitu ; Pertama di daerah subduksi pertemuan antara lempeng tektonik India-Australia dengan lempeng Eurasia (lokasi Megathrust Mentawai), kedua di Mentawai Fault System (MFS) , dan yang ketiga di Sumatera Fault System (SFS) atau lebih populer dengan istilah sesar Sumatera. Sumber gempa dari sesar ini berada di darat memanjang dari provinsi Lampung sampai ke Banda Aceh sepanjang ±1900 km dan melewati beberapa kabupaten di Sumareta Barat antara lain ; Kab. Solok Selatan, Kab. Solok, Kab. Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Kota Bukit Tinggi dan Kab. Pasaman. Tentunya ancaman bencana gempabumi yang bersumber dari sesar Sumatera ini tidak dapat diabaikan begitu saja, sejarah mencatat kejadian gempabumi tahun 2007 terjadi dalam kurun waktu 2 jam terjadi 2 kali gempabumi merusak dengan pusat gempa di 0.55 LS , 100.47 BT (16 km Barat Daya Batu Sangkar) dengan kekuatan 6.4 SR dan di 0.47ᵒLS , 100.49ᵒ BT (11 km Barat Daya Batu Sangkar) dengan kekuatan 6.3 SR yang telah menelan korban jiwa sebanyak 67 orang dan 826 orang korban luka serta 43.719 kerusakan bangunan di Bukittinggi, Padang Panjang, Payakumbuh dan Solok

Secara umum, tatanan tektonik di Sumatera dicirikan oleh tiga sistem tektonik. Ketiga sistem tektonik tersebut, yaitu; Zona Subduksi antara lempeng tektonik India-Australia dengan lempeng Eurasia, Mentawai Fault System (MFS) dan Sumatra Fault System (SFS) atau sesar Sumatera.

Zona Suduksi
Jalur subduksi lempeng tektonik India-Australia dan Eurasia di Indonesia memanjang dari pantai barat Sumatera sampai ke selatan Nusa Tenggara. Pada sistim subduksi Sumatera dicirikan dengan menghasilkan rangkaian busur pulau depan (forearch islands) yang non vulkanik (Pulau Simeulue, Nias, Banyak, Batu, Siberut hingga Pulau Enggano). Lempeng India-Australia menunjam ke bawah lempeng Benua Eurasia dengan kecepatan ±50-60 mm/tahun. Batas antar 2 (dua) lempeng ini terdapat zona subduksi dangkal atau yang disebut sebagai ”Megathurst Subduction Sumatera ” inilah yang saat ini menjadi perhatian masyarakat karena diprediksi masih menyimpan potensi gempabumi dengan magnitudo 8.9 SR di zona ini yang popular dengan istilah Mentawai Megathrust.
 
Mentawai Fault System (MFS)
Selain jalur tumbukan dua lempeng tektonik, di sebelah barat pantai Sumatera Barat terdapat juga Mentawai Fault Sistem. Mentawai Fault Sistem adalah sesar mendatar yang disebabkan adanya proses penunjaman miring di sekitar Pulau Sumatera. Sesar Mentawai berada di laut memanjang disekitar pulau-pulau Mentawai dari Selatan Hingga ke Utara menerus hingga ke sekitar Utara Nias.
 
Sumatera Fault System (SFS).
Sumatera fault system atau Sesar Sumatera terjadi akibat adanya lempeng India-Australia yang menabrak bagian barat pulau Sumatera secara miring, sehingga menghasilkan tekanan dari pergerakan ini. Karena adanya tekanan ini, maka terbentuklah sesar Sumatera atau disebut juga ”The Great Sumatera Fault” yang membelah pulau Sumatera membentang mulai dari Lampung sampai Banda Aceh, sesar ini menerus sampai ke Laut Andaman hingga Burma. Patahan ini merupakan daerah rawan gempabumi dan tanah longsor. Sesar Sumatera merupakan sesar strike slip berarah dekstral yang terdiri dari 20 segmen utama sepanjang tulang punggung Sumatera (Sieh and Natawidjaja.,2002)
 
Jalur patahan Sumatera bisa dikenal dari kenampakan bentang alam di sepanjang jalur, dan ditandai oleh kenampakkan bukit–bukit dan danau-danau yang terjadi karena pergeseran pada sesar tersebut. Jalur patahan sepanjang ±1900 Km ini melintasi punggungan pulau Sumatera sepanjang Bukit Barisan. Sejarah mencatat sudah cukup banyak kejadian gempabumi dengan magnitudo besar yang terjadi di sekitar patahan Sumatera.

Segmen Sesar di Sumatera Barat
Sesar Sumatera ini membelah melalui wilayah Sumatera Barat yang terbagi menjadi beberapa segmen sesar, adapun di Provinsi Sumatera Barat terdapat 4 (empat) segmen patahan aktif yang merupakan bagian dari sistem sesar Sumatera, dan ada 3 (tiga) segmen lagi yang bagian ujung segmennya berada di perbatasan wilayah Sumatera Barat dan ini dapat juga mempengaruhi aktifitas kegempaan di wilayah Sumatera Barat yaitu : segmen Angkola, segmen Barumun ke-dua segmen tersebut berada di wilayah Sumatera Utara dan segmen Siulak di Jambi. Segmen Angkola ujung selatannya berada di dekat Lembah Batang Pasaman, begitu juga segmen Barumun bagian selatan segmen ini berada di perbatasan Sumatera Barat, Pasaman. Sedangkan segmen Siulak overlap dengan segmen Suliti di wilayah Solok Selatan. Sedangkan 4 (empat) segmen yang berada di Sumatera Barat, yaitu:
 
1. Segmen Sumpur (0.1°N ~0.3°N)
Segmen Sumpur terletak di daerah Rao, Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman, segmen Sumpur memiliki panjang patahan ± 35 Km, Segmen Sumpur di bagian Utara berujung pada sisi Selatan Depresi Sumpur, di Selatan Panti, kemudian menyisir Lembah Batang Sumpur ke Tenggara, Salabawan, hingga Bonjol, menyusuri Sungai Silasung dan pergeseran segmen Sumpur berkisar 23-24 mm/tahun. Segmen Sumpur melewati kota Lubuk Sikaping, pada segmen ini tahun 1977 pernah terjadi gempabumi dengan kekuatan 5.5 SR..
 
2. Segmen Sianok (0.7°S ~ 0.1°N)
Segmen Sianok mempunyai panjang patahan ± 90 Km berada di sekitar Ngarai Sianok kota Bukittinggi sampai Tenggara Danau Singkarak melewati sisi Timur Danau, dan pergeseran patahan berkisar 23 mm/tahun, kota Bukittinggi termasuk kota yang rawan gempabumi darat yang bersumber dari patahan Segmen Sianok. Pada Segmen Sianok pernah terjadi 2 kali gempabumi pada tanggal 6 Maret 2007 dengan magnitude 6.4 SR dan 6.3 SR dan Gempa terbesar pernah tercatat pada segmen ini yaitu pada 4 Agustus 1926 dengan pusat hancuran antara Bukit Tinggi dan Danau Singkarak.
 
3. Segmen Sumani (1.0°S ~ 0.5°S)
Segmen Sumani memiliki panjang patahan ± 60 Km, ujung Utara segmen ini berada di sisi Utara Danau Singkarak, menyisir sisi Barat Daya danau tersebut melintasi daerah Kota Solok, Sumani, Selayo dan berakhir di Utara Danau Diatas, sebelah Tenggara Gunung Talang. Gempa merusak tercatat terjadi pada 9 Juni 1943, M 7.4, di bawah Danau Singkarak dan menghasilkan pergeseran horizontal sejauh 1 m 4 (D. Hilaman Natawijaya dkk. 1995), dan gempa pada 6 Maret 2007 juga telah menyebabkan banyak kerusakan di sepanjang segmen ini dari Sumani hingga Selayo.
 
4. Segmen Suliti (1.75°S ~1.0°S)
Segmen Suliti mempunyai panjang patahan sekitar 90 Km dan pergeserannya berkisar ±23 mm/tahun. Ujung Utara segmen berada pada Danau Diatas dan Danau Dibawah dengan lebar zona 4 km pada wilayah tersebut. Patahan Sumatera pada segmen ini menelusuri lembah S. Suliti ke Tenggara hingga anak-anak Sungai Liki di Barat Laut G. Kerinci.

Sejarah Kegempaan di Sesar Sumatera
Sejarah mencatat di wilayah Sumatera Barat terjadi beberapa kali diguncang gempabumi besar yang terjadi akibat aktivitas sesar Sumatera. Berdasarkan Katalog gempabumi signifikan dan merusak Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), di wilayah Sumatera Barat terjadi gempabumi signifikan dan merusak sebanyak 6 kali. Gempabumi tersebut diantaranya gempabumi Singkarak (1926 dan 1943), Pasaman (1977), Solok (2004) dan di Batu Sangkar (2007) terjadi 2 kali gempa dengan kekuatan 6.4 dan 6.3 .

Pada tahun 1926 di segmen Sumani terjadi pada 28 Juni 1926 dengan lokasi 0.7ᵒ LS, 100.6ᵒ BT, gempa tersebut dirasakan di Sijunjung, Muarabungo, Alahan Panjang , Danau Singkarak dan Padang Panjang dan mengakibatkan salah satu bagian danau singkarak amblas dan beberapa orang terluka, sedangkan pada tanggal 9 Juni 1943, M 7.4, di bawah Danau Singkarak dan menghasilkan pergeseran horizontal sejauh 1 m.
Kemudian pada tahun1977 di segmen Sumpur terjadi pada tanggal 9 Maret 1977 pukul 06:17:28 WIB, pada lokasi 0.45ᵒ LU , 100.0ᵒ BT dengan kedalaman 22 km dan berkekuatan 5.5 SR dirasakan di Sinurut VIII MMI, Talu Padang dan Padang Panjang III MMI, tidak ada laporan korban meninggal dan luka-luka pasca gempa tersebut, terdapat kerusakan bangunan 737 rumah, 1 pasar, 7 sekolah, 8 masjid, 3 kantor mengalami kerusakan di Sinurut dan 245 rumah, 3 sekolah, 8 masjid rusak di Talu, hampir semua rumah kayu miring dan bergeser dari pondasinya serta terjadi rekahan tanah dengan lebar 5-75 cm di Talu.
 
Selanjutnya pada tahun 2004 pada segmen Sumani terjadi pada tanggal 16 Feb 2004 pada pukul 21:44:37 WIB, pada koordinat 0.43ᵒ LS , 100.67ᵒ BT dengan kedalaman 33 km, dengan magnitudo 5.6 SR. Gempa tersebut dirasakan di Padang Panjang IV – V MMI, Padang IV MMI, Batusangkar dan Bukittinggi III – IV MMI serta Pekanbaru, dan mengakibatkan 5 orang meninggal, 7 orang mengalami luka-luka dan lebih dari 100 rumah rusak di sekitar Padang Panjang.
 
Dan yang masih dalam ingatan kita pada tahun 2007, di segmen Sianok terjadi pada tanggal 06 Maret 2007 pukul 10:49:38 WIB, pada koordinat 0.48ᵒ LS , 100.37ᵒ BT dengan kedalaman 33 km, dengan magnitudo 6.4 SR. Gempa tersebut dirasakan di Bukittinggi, Padang Panjang, Payakumbuh, Solok VIII MMI, Padang V MMI, Pekanbaru IV MMI, Duri, Jambi dan Kepulauan Riau, Dumai, Padangsidempuan III MMI, Johor Bahru IV MMI, Malaysia II – III MMI, Singapura III MMI. Sebanyak 67 orang dilaporkan meninggal dunia dan 826 orang lainnya mengalami luka-luka akibat gempa tersebut. Selain itu, sebanyak 43.719 rumah mengalami kerusakan atau bahkan hancur di area Bukittinggi, Payakumbuh dan Solok yang terdampak gempabumi.

Tingkatkan upaya mitigasi terhadap gempabumi dari sesar Sumatera
Berdasarkan peta seismisitas gempabumi darat dan sejarah gempa merusak di Sumatera Barat dari 4 (empat) segmen sesar yang lokasinya berada di wilayah Sumatera Barat hanya pada segmen sesar Suliti yang sedikit aktifitas kegempaannya, dengan kata lain di segmen ini terdapat seismic gap bila dibandingkan dengan segmen sesar lainnya di Sumatera Barat dan tidak ada catatan gempa merusak pada segmen Suliti, kerusakan pada daerah ini disebabkan karena dampak dari gempabumi pada tahun 1943 dengan kekuatan 7.4 SR yang bersumber di bawah Danau Singkarak pada segmen Sumani . Seperti pada uraian segmen sesar sebelumnya bahwa segmen sesar Suliti berada di wilayah Kabupaten Solok Selatan, ujung Utara segmen berada pada Danau Diatas dan Danau Dibawah (Solok) dan menelusuri lembah Sungai Suliti ke Tenggara hingga anak-anak Sungai Liki di Barat Laut Gunung Kerinci di Jambi.
 
Dari kondisi seperti ini tentunya hal ini perlu menjadi perhatian kita semua bahwa sesungguhnya ancaman gempabumi di Sumatera itu tidak hanya yang bersumber dari Mentawai megathrust saja tetapi sumber gempa pada sesar Sumatra khususnya pada segmen Suliti juga harus menjadi perhatian kita semua, baik pemerintah pusat/daerah, para pemamngku kebencanaan dan masyarakat, mengingat segmen Suliti ini dalam kurun waktu beberapa puluh tahun terakhir tidak menunjukkan aktifitas kegempaannya dibandingkan pada segmen sesar di sekitarnya, tentunya segmen sesar lainnya yang ada di Pasaman, Bukit Tinggi, Padang Panjang, Tanah Datar dan Solok juga harus menjadi perhatian kita. Jangan sampai kita hanya focus pada ancaman gempabumi Mentawai megatrust saja sedangkan ancaman gempabumi lainnya kita abaikan. Saat ini segala upaya kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman gempabumi megathrust Mentawai telah dilakukan oleh semua pihak baik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota di Sumatera Barat juga para pemengku kebencanaan, namun perhatian terhadap ancaman gempabumi yang bersumber dari daratan Sumatera sangat minim. Dengan sosialisasi dan edukasi pentingnya rumah tahan gempa menjadi prioritas terhadap ancaman gempabumi yang bersumber pada sesar Sumatera .
(Sumber : BMKG)

Senin, 10 Agustus 2015

Hasil Kajian Dinas ESDM terkait Pergerakan Tanah di Bukit Perkuburan Turki

material batuan jatuh ke rumah warga
Padang 10/8, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Sumatera Barat telah mengeluarkan hasil kajian dari peninjauan kejadian runtuhan batu di kawasan Bukit Perkuburan Turki. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut, namun 2 rumah warga tertimpa material batuan dari atas bukit.
Kejadian tersebut terjadi pada hari Selasa 4 Agustus 2015 pada pukul 05.30 wib di kawasan lereng Bukit Perkuburan Turki dan sekitarnya dengan koordinat LS 0.9566/ BT 100.3743, tepatnya di RT.02 RW.01 Kelurahan Mata Air Kecamatan Padang Selatan Kota Padang.
Berikut Hasil Kajian dari Tim Dinas ESDM Provinsi Sumatera Barat :
A. Kondisi Geologi.
  1. Kemiringan lereng Bukit Perkuburan Turki antara 100 - 150% (700) dengan elevasi antara 25 - 125 meter di atas permukaan laut.
  2. Jenis batuan di kawasan ini berdasarkan peta geologi lembar Padang skala 1:250.000 (Kastowo et al, 1996), dibangun oleh satuan batuan aliran yang teruraikan, terdiri dari lahar, fanglomerat dan endapan-endapan kolovium yang lain.
  3. Berdasarkan pengamatan lapangan kawasan ini umumnya disusun oleh material lahar hasil letusan gunungapi purba berupa bongkah-bongkah andesit yang berukuran 50 cm sampai lebih besar dari 250 cm. Bongkah-bongkah ini ada yang bersifat intact (bersentuhan) dan ada juga yang mengambang dalam masa dasar tufa yang bersifat lepas.
  4. Menurut Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Kota Padang Provinsi Sumatera Barat (Badan Geologi, 2009), kawasan perbukitan Bukit Perkuburan Turki ini tergolong ke dalam "Potensi Kerentanan Gerakan Tanah Menengah sampai Tinggi" dimana terdapat gerakan tanah pada gawir (tebing) dan lereng-lereng yang mengalami gangguan. Gerakan tanah lama dan baru dapat aktif kembali terutama pada waktu hujan dengan curah tinggi.
  5. Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah pada bulan Agustus 2015 di Provinsi Sumatera Barat (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), daerah kejadian termasuk zona potensi gerakan tanah Menengah - Tinggi, artinya daerah yang mempunyai potensi Menengah - Tinggi untuk terjadi Gerakan Tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan diatas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mangalami gangguan.
 
Peta zonasi pergerakan tanah dan banjir di wilayah Sumatera Barat (prakiraan bulan Agustus 2015 dari ESDM)
peta pergerakan tanah wilayah Sumatera Barat Agustus 2015
B. Tata Guna Lahan dan Keairan
  1. Tata guna lahan di atas perbukitan Perkuburan Turki berupa permukiman, hutan berpohon jarang, semak belukar, dan kebun masyarakat dengan tanaman tua antara lain terdiri dari petai, jengkol, damar dan kelapa. Di bagian bawah (kaki bukit) berupa permukiman masyarakat yang cukup padat, fasilitas umum.
  2. Kala hujan, air permukaan mengalir menuruni lereng di kawasan Bukit Perkuburan Turki dan di sebagian tempat membentuk saluran-saluran yang menggerus celah-celah di antara bongka-bongkah batuan serta mengakibatkan terjadinya erosi yang menyebabkan labilnya batuan.
C. Faktor Penyebab terjadinya Bencana Runtuhan Batu adalah kombinasi faktor-faktor sebagai berikut :
  1. Curah hujan tinggi.
  2. Kemiringan lereng yang sangat terjal > 700 (100 - 150%).
  3. Merupakan daerah yang tergolong rawan gerakan tanah (zona merah).
D. Saran Tindak
Beberapa upaya dan tindakan mitigasi bencana gerakan tanah (tanah longsor) pada kawasan Bukit Perkuburan Turki ini antara lain adalah sebagai berikut :
  1. Relokasi sementara warga yang berada dalam ancaman bahaya longsor susulan.
  2. Memasang rambu-rambu rawan tanah longsor pada kawasan Bukit Perkuburan Turki.
  3. Melakukan sosialisasi kepada segenap masyarakat bahwa kawasan Bukit Perkuburan Turki dan sekitarnya rawan gerakan tanah (tanah longsor).
  4. Masyarakat yang beraktifitas di sekitar lokasi bencana diharapkan lebih waspada, terlebih apabila terjadi hujan lebat dan berlangsung lama, karena diperkirakan masih berpotensi terjadi jatuhan batu (gerakan tanah) susulan.
  5. Tidak melakukan aktivitas yang dapat mengganggu kestabilan lereng, seperti pemotongan lereng secara sembarangan dan perubahan fungsi lahan di bagian atas.
Demikian hasil kajian dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Sumatera Barat. ( Dokumen lengkap silahkan untuk disalin DISINI )
(gst).

Kamis, 06 Agustus 2015

POTENSI HUJAN DAN KEBENCANAAN SUMATERA BARAT PERIODE AGUSTUS - OKTOBER 2015


A.   Awal Musim Kemarau
Kateristik hujan di wilayah sumatera barat menurut BMKG terbagi menjadi dua tipe, yaitu tipe Equatorial dan tipe Monsoonal. Tipe Equatorial umumnya terjadi di wilayah barat Sumatera Barat sedangkan tipe Monsoonal berada di bagian timur Bukit Barisan. Tipe Equatorial umumnya tidak memiliki pola musim yang jelas (batas musim kemarau dan musim hujan tidak jelas) atau disebut juga wilayah NON ZOM, sementara itu tipe Monsoonal memiliki batas yang jelas antara musim kemarau dan musim hujan sehingga disebut wilayah ZOM. Khusus wilayah Zom, berdasarkan analisa data curah hujan dasarian yang dilakukan BMKG didapatkan bahwa Awal Musim Kemarau terjadi pada Pertengahan dan akhir bulan Juni (Juni Dasarian II dan III), sementara itu wilayah Non Zom tidak diperoleh batas yang jelas.
Tabel 1. Pembagian wilayah hujan di Sumatera Barat
No
Wilayah NON ZOM
Wilayah ZOM
1
Kab. Pasaman Barat

2
Kab. Pasaman
Kab. Pasaman bagian utara sebelah barat (Rao Utara)
3
Kab. 50 Kota bagian barat
Kab. 50 Kota bagian timur
4
Kab. Agam

5
Kota Bukittinggi

6
Kota Pariaman

7
Kab. Padang Pariaman

8
Kota Padang

9
Kota Padang Panjang

10
Kab. Tanah Datar

11
Kab. Mentawai

12
Kab. Pesisir Selatan

13

Kota Sawahlunto
14

Kab. Sijunjung
15

Kota Solok
16

Kab. Solok
17

Kab. Solok Selatan
18

Kab. Dharmasraya
19

Kota Payakumbuh

B.    Prakiraan Curah Hujan
a.    Agustus
Sepanjang Agustus 2015 secara umum wilayah Sumatera Barat akan mendapat curah hujan menengah kecuali beberapa wilayah kabupaten di bagian barat Sumatera Barat.


Gambar 1. Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan Agustus 2015
b.    September
Curah hujan pada bulan September di Sumatera bagian tengah dan timur termasuk Pesisir Selatan bagian selatan umumnya sedang, sedangkan beberapa wilayah Sumatera Barat bagian barat dan utara mendapat curah hujan tinggi.


Gambar 2. Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan September 2015

c.     Oktober
Pada bulan Oktober diperkirakan terjadi perubahan signifikan curah hujan dimana sebagian besar wilayah Sumatera Barat akan mendapat curah hujan tinggi terutama pada wilayah NON ZOM .


Gambar 3. Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan Oktober 2015

C.    Potensi Bencana
a.    Kekeringan
Potensi kekeringan secara umum di wilayah Sumatera Barat sangat berbeda dengan wilayah Indonesia bagian Selatan termasuk Lampung dan Pulau Jawa yang sangat berpeluang mendapat curah hujan rendah. Wilayah Sumatera Barat masih mendapat minimal curah hujan menengah. Menurut BMKG, “periode kering” telah terjadi pada bulan Juni dasarian II dan III dengan curah hujan dasarian < 50 mm sebagai penanda awal musim kemarau pada wilayah ZOM. Namun demikian yang perlu diwaspadai adalah wilayah –wilayah yang berpeluang mendapat curah hujan menengah terutama “menengah level bawah” (CH < 150 mm).

Tabel   2 . Wilayah dengan potensi Curah Hujan < 150 mm
Agustus
September
Oktober
Kab. Sijunjung
Dharmasraya
-
Kab. Dharmasra
-
-
Sebagian wilayah Kab. Tanah Datar bagian tengah
-
-
Sebagian wilayah Kab. 50 Kota bagian tengah
-
-

b.    Banjir, longsor dan banjir bandang
Bencana banjir, longsor dan banjir bandang pada bulan Agustus hingga Oktober masih berpeluang terjadi terutama pada wilayah NON ZOM yang diperkirakan akan mendapat curah hujan menengah hingga tinggi. Kawasan ini sangat dipengaruhi oleh kondisi atmosfer Perairan Barat Sumatera, pola medan angin dan topografi dimana suhu laut yang hangat sehingga terjadi pembentukan awan hujan  di daerah tekanan rendah di daerah ketinggian (terutama di kawasan bukit barisan).  Berikut adalah wilayah Sumatera Barat yang bepeluang mendapat curah hujan tinggi yang patut diwaspada terjadinya bencana banjir, longsor dan banjir bandang.

Tabel   3. Wilayah dengan potensi Curah Hujan tinggi (CH > 300 mm)
KABUPATEN/KOTA
Agustus
September
Oktober
Kota Padang
Kota Padang bagian barat
Merata
Merata
Kab. Pasaman Barat
Lembah Malintang,  Sungai Aur,  Gunung Tuleh,  Pasaman,  Talamau.
Lembah Malintang,  Sungai Aur,  Gunung Tuleh,  Pasaman,  Talamau, Koto Balingka, Sei Beremas Bagian Selatan, Sasak Ranah Pasisie, Kinali
Merata
Kab. Padang Pariaman
Batang Anai,  Sintuk Toboh Gadang,  Kayu Tanam,  Lubuk Alung.
Batang Anai,  Sintuk Toboh Gadang,  Kayu Tanam,  Lubuk Alung, V Koto Dalam, V Koto Timur, Padang Sago,VII Koto Sungai Sariak, VI Lingkuang, II. XXI. VI Lingkuang, Patamuan
Merata
Kab. Agam
-
Lubuk Basung, Tanjung Mutiara
Lubuk Basung,  Tanjung Mutiara,  IV Nagari,  Palembayan
Kota Pariaman
-
Merata
Merata
Kab. Kep. Mentawai
Pulau Siberut  bagian tengah
Pulau Siberut
Merata
Kab. Pesisir Selatan

IV JUrai,  Bayang,  Batang Kapas.
IV JUrai,  Bayang, Batang Kapas
IV JUrai,  Bayang, Koto XI Tarusan, IV Nagari Bayang, Batang Kapas, Sutera, Lengayang, Ranah Pesisir
Kab. Pasaman
-
Lubuk Sikaping,  Tigo Nagari,  Bonjol, Simpang Alahan Mati,
Lubuk Sikaping,  Tigo Nagari,  Bonjol, Simpang Alahan Mati,  Padang Gelugur,  Mapat Tunggul Selatan,  Panti,  II Koto.
Kab. 50 Kota

-
-
Kapur IX, Pangkalan Koto Baru
Kab. Solok Selatan
-
-
Koto Parik Gadang Diateh (KPGD), Sungai Pagu.

D.   Pustaka
-          Analisa Curah Hujan BUlan Juni 2015 & Prakiraan Hujan Bulan Agustus, September dan Oktober 2015, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Satsiun Klimatologi Sicincin, Sicincin , Juli 2015.

-          Prakiraan Musim Kemarau Tahun 2015 Sumatera Barat, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Satsiun Klimatologi Sicincin, Sicincin , April 2015. 


(ysr)

Senin, 03 Agustus 2015

Citilink Tergelincir Di Runway

Pesawat City Link QG 970 Penerbangan Jakarta-Padang tergelincir saat landing di Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Minggu, 2 Agustus 2015, sekitar pukul 19.27 WIB.

Menurut Pusat Informasi Bandara Internasional Minangkabau, Pesawat Tergelincir karena mengalami Hard Landing. Pesawat Citylink jurusan Jakarta-padang tersebut membawa sekitar 174 penumpang dan saat kejadian dinyatakan tidak ada korban jiwa. Saat evakuasi terjadi hujan yang cukup lebat dan kondisi korban dalam keadaan basah kuyup. Sebagian korban mengalami shock dan mengalami hipotermia. 3 orang di larikan ke Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Padang, namun dilaporkan seluruh korban dalam keadaan baik. Penanganan Korban tersebut dilakukan oleh Satgas Angkasa Pura dibantu oleh TNI, Dinkes Prov. Sumatera Barat, SAR  Padang, BPBD Prov. Sumatera Barat, dll.