Senin, 25 Juni 2012

MENGUKUR TINGGI LETUSAN (SEMBURAN ASAP/ABU) UNTUK MENENTUKAN LEVEL LETUSAN GUNUNGAPI.


Pengukuran tinggi letusan (semburan asap/abu atau plume) gunung api menjadi penting sebagai salah satu ukuran untuk mengetahui tingkat letusan (Volcanic Eruption Index atau skala VEI). Skala  VEI terbagi menjadi 8 level, yaitu level 0 – level 7, semakin tinggi tingkat letusan atau skala  VEI, maka semakin tinggi semburan asap/abu (plume) yang terbentuk demikian juga volume material letusannya. 

Reference:
http://metalblogku.blogspot.com/2012/02/inilah-level-level-letusan-gunung.html atau http://regional.kompasiana.com/2010/11/04/menakar-letusan-besar/.



















Tinggi letusan atau plume diketahui melalui pengukuran sudut vertikal pandangan dari Posko Pemantauan terhadap puncak semburan asap/abu (plume) dengan clinometer yang kemudian dihitung dengan rumus trigonometri dan rumus matematika sederhana. Selain clinometer diperlukan juga diperlukan beberapa peralatan penunjang, yaitu GPS untuk mengetahui posisi koordinat dan elevasi, dan kompas untuk mengetahui arah atau azimut. Pengukuran dapat dilakukan oleh siapapun dan dari manapun asalkan pandangan ke arah erupsi terbuka.

Berikut  ini beberapa variable yang diperlukan untuk mengukur Tinggi Letusan (TL):
1.    Jarak datar Posko  dengan pusat letusan (JD), diketahui melalui pengukuran koordinat dengan GPS atau diukur pada Peta (dapat juga melalui Google Earth atau Google Map).
2.    Elevasi Posko (eLP), diukur dengan GPS atau altimeter.
3.    Elevasi Bibir Kawah  (eBK), diukur dilapangan dengan GPS atau altimeter ataupun pada peta mapun Google Earth.
4.    Sudut Pantau terhadap puncak letusan, diukur dengan clinometer

Tinggi Letusan atau Plume (TL ) = dH2 – dH1
dH1 = eBK – ePosko  (merupakan selisih elvesi Bibir Kawah dengan elevasi Posko)
dH2 = JD x tan(SP)
sehingga TL  = (JD x tan (SP)) – (eBK – ePosko)
Elevasi Puncak Letusan (ePL) = dH2 + ePosko

Contoh Perhitungan:
Pematauan letusan Gunung Marapi di pantau dari Posko PUSDALOPS PB BPBD Tanah datar (sebagai Posko). Lokasi LP pada 0° 27’ 20,3” LS dan 100° 35’ 53,9” BT, elevasi (eLP) 472 m dpl.  Berdasarkan pengukuran di Google Earth diketahui pusat erupsi atau Kawah berlokasi pada 0° 23’ 29” LS dan 100° 27’ 17” BT., elevasi Bibir Kawah (eBK) 2.700 m dpl , jarak datar (JD) pusat erupsi dan Posko adalah 17.500 m.  Saat terjadi letusan diukur puncak letusan dengan klinometer, didapat sudut pantau (SP) dengan kemiringan 20° . azimuth pemantauan (arah kompas) N 294,5 ° E.
Dengan data-data diatas dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:
dH1 = eBK – ePosko = 2.700 – 472 = 2.228 meter
dH2 = JD x tan (SP) = 17.400 x tan 20° = 17.500 x 0,364 = 6.369,48 meter
 TL = = dH2 – dH1  = 6.369,48 – 2.228 = 4.141,48 meter
ePL = dH2 + ePosko = 6.369,48 + 472 = 6.841, 48 m dpl

Dari perhitungan diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa letusan menghembuskan awan/debu setinggi 4.141,48 meter atau 4,1 km hingga ketinggian 6.841, 48 m dpl atau 6,8 km dpl.  Level Letusan adalah LEVEL 2 (VULCANIAN).


 
Berikut tingkatan-tingkatan dalam Skala VEI (Volcanic Eruption Index)

I.  LEVEL 0 ( LEVEL HAWAIIAN )

Sebuah letusan Hawaiian adalah jenis letusan gunung berapi di mana lava dari lubang dalam ledakan lembut relatif, tingkat rendah, disebut demikian karena itu adalah karakteristik dari gunung berapi Hawaii. Biasanya mereka adalah letusan efusif, magma basaltik dengan viskositas rendah, kandungan gas rendah, dan suhu tinggi pada lubang angin. Dengan ejecta volume < 10,000 m³ dan plume < 100 m.


II . LEVEL 1 ( LEVEL STROMBOLIAN )

Letusan strombolian relatif rendah tingkat letusan gunung berapi, dinamai setelah gunung berapi Stromboli Italia, di mana letusan tersebut terdiri dari pengusiran cinder pijar, lapili dan bom lava ke ketinggian puluhan hingga ratusan meter. Mereka kecil dan menengah dalam volume, dengan kekerasan sporadis. Dengan ejecta volume > 10,000 m³ dan plume 100 – 1000 m.

III. LEVEL 2 ( LEVEL VULCANIAN )

Istilah ini pertama kali digunakan oleh Giuseppe Mercalli, menyaksikan 1888 - 1890 letusan di Pulau Vulcano. Deskripsi tentang gaya letusan sekarang digunakan di seluruh dunia untuk letusan ditandai oleh awan tebal abu - sarat gas yang meledak dari kawah dan naik tinggi di atas puncak.Ejecta volumenya > 1,000,000 m³ dan plume 1 - 5 km.


IV. LEVEL 3 ( LEVEL PELEAN )

Letusan Peléan adalah jenis letusan gunung berapi. Mereka dapat terjadi ketika magma kental, biasanya tipe rhyolitic atau andesit, terlibat, dan berbagi beberapa kesamaan dengan letusan Vulcanian. Karakteristik yang paling penting dari sebuah letusan Peléan adalah adanya longsoran bersinar abu vulkanik panas, aliran piroklastik. Pembentukan kubah lava adalah fitur lain yang khas. Arus pendek abu atau penciptaan kerucut batu apung dapat diamati juga.dengan ejecta volume > 10,000,000 m³ dan plume 3 – 15 km.

V.  LEVEL 4
Level ini mirip dengan level 3 dan letusan level 5. Ejecta volumenya > 0.1 km³ dan plume 10 - 25 Km.


VI. LEVEL 5 ( LETUSAN PLINIAN )
Letusan Plinian , juga dikenal sebagai 'letusan Vesuvian', letusan gunung berapi yang ditandai oleh kesamaan mereka untuk letusan Gunung Vesuvius di AD 79 ( seperti yang dijelaskan dalam surat yang ditulis oleh Plinius Muda, dan yang membunuh pamannya Pliny the Elder ). Letusan Plinian yang ditandai dengan kolom gas dan abu vulkanik memperluas tinggi ke stratosfer, lapisan atmosfer tinggi. Karakteristik kunci pengusiran sejumlah besar batu apung dan sangat kuat letusan ledakan gas terus menerus. Ejecta volumenya > 1 km³ dan plume 20 – 35 km.

VII. LEVEL 6
Level ini berada seperti di antara Level 5 dan level 7. Dengan ejecta volume > 10 km³ dan plume > 30 km.

VIII. LEVEL 7 ( LEVEL ULTRA - PLINIAN )
Menurut Volcanic Explosivity Index Smithsonian Institution, sebuah VEI 6 sampai 7 diklasifikasikan sebagai "Ultra Plinian." Mereka didefinisikan oleh bulu abu lebih dari 25 km ( 16 mil ) tinggi dan volume bahan meletus 10 km3 ( 2 mil kubik ) untuk 1.000 km3 ( 200 cu mil ) dalam ukuran. Contoh Gunung yang meletus pada level ini:

IX. LEVEL 8 ( LEVEL SUPERVOLCANIC )
Dari namanya silahkan di artikan dan dibayangkan sendiri kedahsyatan letusan level ini. Contoh gunung yang
Letusan skala penuh terakhir dari supervolcano Yellowstone, Creek Lava letusan yang terjadi hampir 640.000 tahun yang lalu, memuntahkan sekitar 240 kilometer kubik ( 1.000 km3 ) dari batu dan debu ke langit. Dan gunung ini masih aktif!.

Letusan Toba ( peristiwa Toba ) terjadi pada atau yang sekarang Danau Toba sekitar 67.500 sampai 75.500 tahun yang lalu. Letusan Toba adalah yang terakhir dari serangkaian setidaknya tiga letusan pembentukan kaldera yang terjadi di gunung berapi, dengan kaldera yang terbentuk sebelumnya sekitar 700.000 dan 840.000 tahun yang lalu. letusan terakhir memiliki Explosivity Index diperkirakan vulkanik 8 ( digambarkan sebagai "mega - kolosal" ), sehingga kemungkinan letusan gunung berapi terbesar ledakan dalam 25 juta tahun terakhir.

Minggu, 17 Juni 2012

Marapi Mengeluarkan Asap Putih

Gunung Marapi hari ini kembali menyemburkan abu vulkanik(17/6). Menurut Pusdalops PB Kabupaten Tanah Datar yang dihubungi oleh Pusdalops PB Provinsi Sumatera Barat, bahwa awan yang menyelimuti puncak Gng. Marapi tersebut memang benar adalah awan dari semburan abu vulkanik terjadi sekitar pukul 08.30 wib tadi dan hingga hingga pukul 14.00 wib masih terpantau.
Pantauan Puncak Gunung Marapi - CCTV Pusdalops PB Sumatera Barat (17/6) Lokasi: BPBD Kab. Tanah Datar

Gunung Marapi yang memiliki tinggi 2.891 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu, diperkirakan setinggi 500 meter dari puncak kawah. "Abu vulkanik tersebut jatuh disekitar lereng gunung dan tidak mengganggu aktifitas masyarakat sekitar Marapi. Asap tersebut hingga saat ini terpantau mengarah dari tenggara menuju baratdaya mengikuti arah angin.

Sejak peningkatan status gunung terjadi pada 3 Agustus 2011, gunung hampir tiap hari menyemburkan asap putih dan abu vulkanik.

Menurut petugas PGA Bukittinggi, Gunung Marapi mulai mengalami peningkatan aktivitas pada 3 Agustus 2011 tahun lalu. Gunung api itu hampir tiap hari mengeluarkan asap putih dan abu vulkanik dan oleh pihak PVMBG gunung api ini masih dalam tingkat Status Waspada /Level II.
Untuk itu baik masyarakat, maupun para pendaki atau pecinta alam diharapkan tidak mendekati pada jarak 3 KM dari arah kawah gunung api ini.(Gst)

Sabtu, 16 Juni 2012

Sumbar Tuan Rumah Rakornas dan Apel Siaga PB


Photo Bersama Tim Reaksi Cepat (TRC) PB Sumatera Barat
Apabila dianggap tepat dan strategis, BNPB Pusat akan menunjuk dan memberikan kepercayaan kepada Tiap BPBD Provinsi di Indonesia untuk dapat dan siap menjadi Tuan Rumah dalam acara Rakornas dan Apel Siaga Penanggulangan Bencana se Indonesia. Disamping sebagai undangan, tiap acara tersebut akan menambah wawasan dan pengetahuan tentang perbedaan wilayah dan cakupan daerah rawan bencana di tiap Provinsi di wilayah NKRI ini. Disamping hal tersebut, lapisan masyarakat Kota Padang juga akan tahu bahwa inilah ribuan relawan bencana yang siap dalam tugas kemanusiaan saat terjadi bencana baik di tingkat Regional, Provinsi maupun Kabupaten dan Kota nantinya. Siapapun tidak menginginkan terjadi bencana. Tapi kita harus selalu waspada, siaga dan tanggap akan suatu hal yang akan menimbukan bencana, baik itu bencana alam, maupun bencana sosial yang selalu mengintai keselamatan kita.  


                Saat ini jatah Provinsi Sumatera Barat-lah yang dipercaya menjadi Tuan Rumah Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas_Red) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Apel Siaga PB. Yang dilaksanakan Rabu (27 Juni hinga 1 Juli 2012). Rakornas yang bertemakan “Rakornas BNPB Mendorong Peningkatan Kerjasama Antar Daerah Dalam Penanggulangan Bencana” tersebut dilaksanakan di Pangeran’s Beach Hotel. Sementara itu, pengarahan dalam Rakornas tersebut dilakukan oleh Kepala BNPB - DR. Syamsul Maarif, M. Si., Gubernur Sumbar - Prof, Dr. Irwan Prayitno, M.Si, dan Wakil Gubernur Sumbar - H. Muslim Kasim, Akt, MM.
Sesuai kewenangan dalam Rakornas, BPNB-pun mengundang 27 Pejabat Instansi/Lembaga Tingakat Pusat, rombongan tersebut diantaranya ; Kepala BNPB, DR. Syamsul Maarif, M.Si. 1 orang Sekretaris Utama, 4 orang Deputi, 1 Inpsektur Utama, 4 Kepala Biro, 1 Ka. Pusdiklat PB, 2 Kepala Pusat, 12 orang Direktur, dan 2 Orang Inspektur.  Sementara itu, Untuk Prov. Sumbar, Gubernur/BPBD mengundang Instansi, Masyarakat, dan Swasta se Sumbar. Sehingga Rakornas PB tersebut melibatkan kurang lebih 104 orang perserta masing-masing; Kalak. BPBD Prov. se Indonesia sebanyak 33 orang, Kabid. Kedaruratan BPBD Provinsi se Indonesia 33 Orang dan Kalak. BPBD Kab/Kota se Sumbar 19 Orang dan Kabid. Kedaruratan BPBD Kab/Kota se Sumbar juga 19 orang.
Di Rakornas tersebut juga diikuti oleh Kepala Pelaksana didampingi Kepala Bidang. Kedaruratan BPBD Prov/Kab/Kota se Sumbar, diantaranya ; Ka. Lak. BPBD Sumbar., Ir. Yazid Fadhli M.M, Kabid Kedaruratan, Ir. Ade Edward., Ka. Lak. BPBD Kab. Solok, Agam, Tanah Datar, Pessel, Sijunjung, 50 Kota, Pasaman, Kab. Kep. Mentawai, Pasaman Barat, Darmasraya, Solok Selatan, Dan Kab. Padang Pariaman. Untuk BPBD Kota dihadiri Ka. Lak. BPBD Kota Padang, Pariaman, Padang Panjang, Bukittinggi, Sawahlunto. Sementara dua KotaPayakumbuh dan Solok, belum terbentuk.       
Disamping itu BPBD Prov. Sumbar juga mengundang Muspida/Forkopimda se Sumbar diantaranya : Ketua DPRD Sumbar, Kepala Kejaksaan Tinggi, Ketua Pengadilan Tinggi, Ketua Pengadilan Tinggi Agama, Kapolda Dan Rem 032 Wirabraja, Ketua PTUN Padang, Dan Lanud Padang, serta Komandan Lantama II.
Dalam acara Apel Siaga PB Sumbar yang dilaksanakan (Jum’at 29 Juli) di Ruangan Terbuka Hijau (RTH-Red) Imam Bonjol Padang, selain pasukan (BPBD) Kab/Kota se Sumbar sebanyak 400 Personil. Juga diikuti TNI-AU, AD, AL, Polri, Sat Pol PP Sumbar dengan masing-masing 30 personil , sementara, Dinsos, Dinkes, Dinas PU. Cukup 10 personil, PMI mengirim 30 personilnya, 60 Anggota Tagana , Basarnas Padang  sebanyak 20 personil, Pemuda Pancasila dan Resimen Mahasiswa, juga menurunkan 30 personilnya, 150 personil dari Kelompok Siaga Bencana (KSB) Kota Padang juga akan menurunkan 150 personilnya. Di susul dengan KSB Padang Pariaman dan KSB Kota Pariaman, masing-masing 30 personil. Untuk KSB Tanah Datar, Bupatinya mendatangkan relawan bencananya sebanyak 50 personil.
Dilain hal, BPBD Prov, Sumbar juga mengundang BPBD Prov. Tetangga yaitu, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu dengan jumlah personil masing-masing 5 orang.  Sehingga helat Rakornas dan Apel Siaga ini melibatkan lebih dari 1.500 personil peserta  Relawan Penanggulangan Bencana, mulai dari Pejabat Pusat, Provinsi, Kab/Kota se-Sumbar dan berbagai elemen kebencanaan, ikut meramaikan dan berpartisipasi dalam Rakornas dan Apel Siaga Penanggulangan Bencana yang disaksikan oleh ribuan mata masyarakat Kota Padang dan sekitarnya.
Di hadapan 35 SKPD se Prov. Sumbar dan 19 Kepala Daerah Kab/Kota se Sumbar, Apel Siaga PB yang bertemakan, “Apel Siaga PB Memperkuat Kesiapsiagaan Untuk menuju Indonesia Tangguh” tersebut, juga dipamerkan berbagai peralatan dan alat transportasi pendukung operasional yang digunakan Tim Reaksi Cepat (TRC) Lapangan dan Posko BPBD. Adapun perlengkapan yang dipamerkan tersebut adalah, 2 Unit Helikopter, 35 Kendaraan Rescue, 5 Kendaraan Medis/Ambulance, 1 Kendaraan Komunikasi, 1 Kendaraan Peralatan Rescue, 3 Kendaraan Dapur Umum, 5 Kendaraan Water Treatment dan Sanitasi, 59 Sepeda Motor Trail TRC, 27 Perahu Rescue, 5 Alat Berat, 1 Tenda Rumkit Lapangan, 15 Tenda Posko/Personil, 2 Set Peralatan TIK, 5 Unit Light Tower Genset. Seluruh peralatan yang dipamerkan saat Apel Siaga PB tersebut, berjumlah kurang lebih 170 Unit kendaraan.

“Apapun Alasannya, Jabatan dan Tanggungjawab serta penunjukan tugas itu adalah, “Amanah”…Kebanggaan tak akan muncul, Apabila dalam pelaksanaannya dilakukan tidak dengan Ikhlas dan dan tanggungjawab penuh…Apabila gagal,…Intropeksi dirilah obatnya…Jika berhasil dan sukses…janganlah ada kesombongan dan keangkuhan dalam diri kita…Karna, jabatan itu hanya sesaat…Bantulah Saudara kita yang ditimpa bencana…karena, di tangan kita, sebagai relawan bencana, berada setetes embun untuk manuju masa depan mereka…” (TRC BPBD Prov. Sumbar)

Kamis, 14 Juni 2012

BPBD Sumbar Programkan Pemasangan CCTV


Ir. Ade Edward
Longsor yang diakibatkan berbagai hal, bukan saja menjadi bencana alam, akan tetapi juga menjadi bencana sosial. Karena, banyak longsor yang terjadi wilayah Indonesia, khususnya Provinsi Sumatera Barat. (Prov. Sumbar-Red), mengakibatkan putusnya jalur transportasi yang mengubungkan antar daerah dan Provinsi.    
            Sering masyarakat yang tinggal di lereng perbukitan khawatir dengan kondisi alam sekeliling mereka yang di saat saat tertentu terancam dengan bencana longsor. Bahkan kekhawatiran mereka makin meningkat apabila hujan turun dengan derasnya. Tapi apa hendak dikata, memang disanalah (Perbukitan-Red) mereka bisa berdomisili. Yang katanya tanah dan ladang yang mereka tempati kini adalah, warisan turun temurun dari nenek moyang mereka.
            Selain masyarakat tersebut. Sisi tebing yang banyak dilalui jalur lalu lintas kendaraan, baik untuk jalan Kabupaten, Kota, Provinsi maupun Jalan Negara. Bahkan banyak ruas jalan yang berada di sisi perbukitan yang sangat terjal, bahkan kendaraan yang melewati jalan tersebut terancam longsor yang datang sacara tiba-tiba.               
Untuk memantau kondisi tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sumatera Barat (BPBD Prov. Sumbar) mem-program-kan pemasangan CCTV (Closed Circuit Television) di beberapa titik rawan longsor, seperti ruas jalan Lembah Anai di Kab. Padang Pariaman-Kota Padang Panjang-Bukittinggi. Padang – Pesisir Selatan, Padang Solok dan titik rawan longsor lainnya. rencana pemasangan CCTV ini bertujuan untuk memantau kondisi tebing perbukitan yang dinilai sangat membahayakan bagi masyarakat maupun pengguna jalan raya.
            Selain untuk rencana pemasangan CCTV Rawan longsor di daerah perbukitan, saat ini BPBD Prov. Sumbar telah melakukan pemasangan CCTV di beberapa titik pesisir pantai guna memantau kondisi pasang surut air laut saat hujan deras, apalagi terjadi perubahan gelombang laut yang diakibatkan Cuaca Ekstrim dan ancaman Tsunami yang bisa saja melanda pesisir pantai Sumatera Bagian Barat.
             Kabid. Kedaruratan dan Logistik BPBD Prov. Sumbar. Ir. Ade Edward membenarkan adanya rencana Pemasangan CCTV di beberapa titik daerah rawan longsor. “ Memang, kita berusaha melakukan pemasangan CCTV di beberapa titik daerah rawan longsor. Karena, selain untuk memantau kondisi di titik tebing tersebut, juga kita bisa dengan cepat menghubungi BPBD Kab/ Kota setempat, bila terjadi bencana longsor. Apalagi longsor tersebut mengancam keselamatan masyarakat yang tinggal di lereng perbukitan yang sangat curam.
            Menurut "Pak Ade" panggilan keseharian Ir. Ade Edward, saat ini BPBD Prov. Sumbar telah memasang CCTV di beberapa titik  Pesisir pantai dan CCTV pemantau Gunung Merapi Sumbar yang di hubungkan langsung ke Pusdalops BPBD Prov. Sumbar. “Nah, untuk ini lain lagi. CCTV yang di pesisir pantai tersebut kita gunakan untuk memantau perkembangan gelombang air laut saat pasang surut, hujan deras. 
Ruang Kerja Pusdalops PB Prov. Sumatera Barat

Monitoring CCTV Pantai dan Gunung Marapi 
Yang paling penting, kalau terjadi bencana alam Gempa yang diiringi Tsunami, maka kita tidak perlu repot repot menyisir pantai untuk melihat kondisi pasang surut air laut. Dengan adanya CCTV ini, sangat membantu kerja Team Reaksi Cepat (TRC) BPBD Prov. Sumbar. Untuk melaporkan ke Pusdalops BPBD Prov. Sumbar dan mengambil keputusan apakah tepat diumumkan ke masyarakat bahwa sesegera mungkin mengevakuasi diri dan keluarga, karena diprediksi akan terjadi Tsunami.  Selain itu, kita juga bisa dengan cepat mengabari BPBD Kab/Kota yang berada di sepanjang pesisir pantai melalui kontak Radio Komunikasi yang telah selesai kita pasang beberapa waktu lalu.
Selain itu menurut Pak Ade, CCTV yang telah dipasang di Kantor Pusdalops BPBD Kabupaten Tanah Datar. Sangat berguna untuk mamantau aktivitas Gunung Merapi, karena kondisi Merapi saat ini sudah sering mengeluarkan dan menyemburkan asap putih bercampur belerang dan  debu Vulkanik. Kita tidak ingin terlambat mengetahui gejolak aktivitas Gunung Merapi. Siapapun tidak menginginkan jatuhnya korban jiwa dan harta benda akibat bencana letusan Gunung Merapi, Namun kita harus tetap waspada dan memahami kondisi alam sekitar Gunung Merapi.” Ujar Pak Ade mengakhiri.       
Tak bisa dipungkiri, walaupun masih banyak kekurangan di segala lini, namun BPBD Prov. Sumbar terus berbenah diri dan berusaha mencari solusi bagaimana untuk bisa me-minimalisir-kan terjadinya ancaman bencana alam di waliyah kerja BPBD Prov. Sumbar. 

Kita akui…, Tanpa peralatan kerja, sangat sulit melakukan pekerjaan…Namun yang utama adalah, Keikhlasan, Kemauan serta pemikiran yang cerdas dari diri kita sebagai Relawan Bencana, bagaimana kita bisa bekerja sama dalam menanggulangi Bencana Alam yang setiap saat mengintai keselamatan Masyarakat(TRC BPBD Prov. Sumbar.)

Selasa, 12 Juni 2012

BPBD Sumbar Pasang Radio HF Tiap Kabupaten Kota


Tiap terjadi bencana, sering kita terlambat dalam mendapatkan informasi dan meng-informasikannya, karena kita masih banyak kekurangan dalam segi alat komunikasi, seperti radio dan Peralatan lainnya. Sehingga ini menjadi suatu penghalang dalam mewujudkan kesinambungan antara BPBD Provinsi dengan BPBD Kab/Kota. Namun hendaknya, janganlah ini dijadikan alasan untuk kita tidak siap dalam mengadapi bencana apapun.    

    Untuk itu Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sumatera Barat (BPBD Prov. Sumbar) telah melaksanakan pemasangan alat Komunikasi Radio High Freqwensi (HF) di seluruh Kab/Kota se Sumbar. Radio HF ini sangat berguna dan bertujuan sebagai alat komunikasi cepat dalam menyampaikan dan menerima informasi baik kondisi Cuaca, kejadian bencana maupun informasi lainnya yang mengangkut tentang kebencanaan se Indonesia.
     Menurut Koordinator Tim Pemasangan Radio Komunikasi, Donni Hidayat (Perwira Pusdalops PB BPBD Provinsi Sumatera Barat), pemasangan Radio HF ini memang telah lama di-jadwal-kan oleh BPBD Prov Sumbar. Namun karena banyak halangan, maka baru beberapa Kab/Kota yang telah kami pasang dan siap dipergunakan, “Kita telah memasang Radio HF di Kab. Agam, Padang Pariaman, Pasaman Barat, Pasaman Timur, Tanah Datar, Kota Bukittinggi, Padang Panjang dan kota Pariaman. Sementara untuk Kabupaten Solok Selatan, Sijunjung, Sawahlunto dan Kab. Dharmasraya, dalam waktu dekat juga akan kami lakukan pemasangan.” tutur Donni.
          Sementara itu Kabid. Kedaruratan dan Logistik BPBD Prov. Sumbar, Ir. Ade Edward mengatakan. Pemasangann Radio HF ini sangat sangat mendukung Program kerja BPBD Kab/Kota se Sumbar dalam kesiapsiagaan mereka dalam sisi kebencanaan, baik itu Kantor, Posko Lapangan, TRC-nya. “Seperti yang telah kita ketahui, Sebagian besar Daerah di Sumbar sangat rentan dengan bencana, seperti Banjir, Banjir Bandang, Longsor, Abrasi Pantai, Gunung meletus. Apalagi Gempa Bumi baik yang berasal dari laut (Tektonik) maupun dari daratan (Vulkanik).
            Menurut Ade Edward yang merangkap jabatan sebagai Koordinator Manajer Pusdalops PB BPBD Prov. Sumbar; pemasangan Radio ini memang telah sering tertunda, tapi itu bukan suatu kelalaian, ini dikarenakan kita dihadapkan oleh beberapa kendala dan juga kegiatan. Dengan telah dipasangnya Radio Komunikasi Bencana HF dengan Freq. 11.437. MHz. Seluruh Operator Komunikasi di BPBD Kab/Kota se Sumbar, bisa melakukan komunikasi dengan BPBD se Indonesia atau memberikan dan menginformasikan kondisi dan cakupan wilayah BPBD masing-masing.”.
            Namun Beliau mengingatkan, agar Radio tersebut digunakan untuk berkomunikasi dengan rekan se BPBD di Indonesia dengan bahasa yang sopan dan baik, tukar-menukar Informasi masalah bencana yang benar dan dengan laporan data korban bencana yang tepat. Beliau menambahkan, BPBD Prov. Sumbar juga sedang dalam melakukan uji pasang Radio Komunikasi Tetra. “Kita sekarang juga sudah memasang Radio Tetra di beberapa Titik di Kota Padang seperti di Classy FM Radio di Indarung, Kantor Gubernuran, dan RRI Padang dan Kantor BPBD Sumbar. Radio Tetra ini juga berguna untuk komunikasi antara Posko Bencana dengan Kantor Instansi yang juga memasang radio  yang sama. Agar tidak mengganggu dan terganggu oleh radio lainnya, Radio Tetra hanya di aktifkan pada Freqwensi Khusus. Ungkap Ade mengakhiri. Dijadwalkan pemasangan Radio HF se BPBD di Sumbar ini, akan selesai pada bulan ini, karena dalam Operasinya, Pusdalops-PB BPBD Prov. Sumbar telah menurunkan tiga Tim Pemasangan Radio.
           Memang ada benarnya juga. Kadang disaat Darurat sering kita terkendala dengan putusnya alat komunikasi. Disisi lain, apabila ada peringatan dini dari Pemerintah atau Instansi terkait tentang Informasi kebencanaan, tak jarang masyarakat awam menilai bahwa, itu adalah informasi petakut. Dilain hal, apabila tidak diinformasikan, masyarakat yang kurang memahami, apalagi ada oknum yang memprofokasi agar masyarakat kurang mengindahkan informasi ini, maka hujatan akan datang dan menilai bahwa, Pemerintah menutup atau merahasiakan Informasi tentang bencana yang akan datang. Ibarat kita memakai kain sarung. ”Ditarik ke atas, bawah nampak. Diturunkan ke bawah atas pula yang kelihatan.”
 
Untuk itu kita sebagai masyarakat, hendaknya bisa menganalisa dan menilai bahwa, Pemerintah tidak pernah membiarkan masyarakatnya jadi korban dalam tiap bencana apapun.  selain mendengar menerima Informasi dari Pemerintah, ada baiknya kita meningkatkan Kesiap Siagaan kita dalam menghadapi setiap bencana apapun yang selalu mengintai di walayah kita.   “Selamatkan Diri, Orang Terdekat, Keluarga, Warga. (TRC BPBD Prov. Sumbar)