Senin, 05 Desember 2016










Banjir kembali melanda Dua Koto.
Jalur Panti - Simpang Empat kembali lumpuh. Sampai jam 11.00 WIB, belum bisa dilalui baik kendaraan roda 2 maupun roda 4. Untuk anda yang akan melalui wilayah ini, untuk tetap berhati-hati jangan sampai terjebak di tengah banjir. Lokasi terparah Simpang Dipuh (Kampung Pinang) kedalaman air di jalan raya mencapai dada orang dewasa. Untuk anda yang menggunakan kendaraan roda 2, bisa lewat akses jalan alternatif yaitu jalan usaha tani Pagaran - Silang Empat. Kalau dari arah Panti masuk dari Simpang Kalam (depan Polsek Dua Koto), dan dari arah Simpang 4 masuk dari Simpang SMPN 3 Dua Koto (Silang Empat).



Jumat, 25 November 2016

SUMBAR – Tim Fujitsu Jepang hari ini (18/11) mengunjungi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Barat di kantor Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops). Dalam kunjungannya dua orang Tim dari Fujitsu yaitu Koibuchi Satoshi beserta Yudhi Dwi Amrata ditemui oleh Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik – R. Pagar Negara beserta Satgas Pusdalops membicarakan tentang teknologi manajemen informasi bencana yang diterapkan saat ini oleh BPBD Sumatera Barat.
Menurut R. Pagar Negara, Pusat Pengendalian Operasi BPBD Sumbar yang berdiri sejak tahun 2008 dalam melayani masyarakat Sumatera Barat telah berupaya mengupgrade sesuai perkembangan teknologi sistem informasi dan komunikasi dengan kemampuan yang dapat dikatakan masih standar, dan itu mendapat dukungan dari pemerintah provinsi sendiri juga telah dibantu oleh BNPB dan pihak-pihak lain. R. Pagar Negara menerangkan, untuk saat ini sistem informasi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga masih dikembangkan seperti aplikasi data dan informasi bencana (INAWare) serta data dan informasi kajian risiko bencana (INARisk), namun ini belum disosialisasikan kepada daerah secara menyeluruh.
Yudhi Dwi Amrata sebagai Sales Dept.II dari Fujitsu mengunjungi BPBD Sumbar datang pada kali pertama pada pertemuan ini bertujuan untuk mengkaji terkait sistem management informasi bencana di Sumbar, dengan harapan Fujitsu kedepannya bisa menyumbangkan sistem yang dimilikinya bisa dipergunakan dan diintegrasikan dengan sistem yang telah ada di BPBD Sumbar. Untuk saat ini Fujitsu sendiri telah menciptakan aplikasi dan teknologi kebencanaan dinamakan Disaster Information Management System (DIMS) yang telah diterapkan di BPBD DKI. Yudi kembali menerangkan, sistem ini bekerja di Pusat Pengendalian Operasi BPBD DKI sebagai alat monitoring dan pengambil keputusan yang data dasarnya bersumber dari SKPD terkait serta dari Tim Reaksi Cepat (TRC) yang berada di lapangan disaat kejadian bencana. Jadi data dan informasi diperoleh dari peralatan dan aplikasi yang telah diberikan pada masing-masing SKPD terkait dan TRC yang kemudian terkumpul di database system yang berpusat di Pusat Pengendali (BPBD) dan dapat ditampilkan secara visual, grafik dan map area.
BPBD Sumbar melalui kabid. Kedaruratan dan Logistik - R.Pagar Negara mengapresiasi tujuan dari pihak Fujitsu, dan berharap peralatan serta aplikasi DIMS ini dapat diterapkan di Sumatera Barat. R. Pagar Negara juga menjelaskan, agar sistem yang dimiliki Fujitsu ini juga dapat diintegrasikan kepada aplikasi yang telah dibangun oleh Penanggulangan Bencana Pusat (BNPB) dengan tujuan sistem manajemen data dan informasi ini bisa searah dan sejalan. (Gst)

Senin, 21 November 2016

Waspadalah, 40,9 Juta Jiwa Terpapar Ancaman Longsor
16 November 2016 8:39 WIB
JAKARTA - Ditemukan 4 orang korban tewas dari longsor yang menimbun mobil di Jl. Kolonel Masturi RT. 07/ 06 Kampung Keramat Desa Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat pada Selasa (15/11/2016) telah menambah jumlah korban longsor. Longsor adalah jenis bencana yang paling mematikan sejak tahun 2014, 2015 dan 2016 ini. Berdasarkan data sementara, secara nasional hingga Rabu (16/11/2016) terdapat 487 kejadian longsor yang menyebabkan 161 orang tewas, 88 orang luka, 38.092 orang menderita dan mengungsi dan ribuan rumah rusak.

Kejadian bencana longsor setiap tahun juga menunjukkan kecenderungan yang meningkat dalam 10 tahun terakhir. Jika pada tahun 2007 terdapat 104 kejadian, kemudian berturut-turut tahun 2008 (112 kejadian), 2009 (238), 2010 (400), 2011 (329), 2012 (291), 2013 (296), 2014 (600) dan 2015 (515). Selama 10 tahun terakhir terdapat 3.372 kejadian longsor di Indonesia yang menimbulkan korban jiwa 1.685 orang tewas, 1.657 jiwa luka-luka, 443.998 jiwa menderita dan mengungsi, dan lebih dari 22.000 rumah rusak akibat longsor.

Korban tewas yang ditimbulkan pun cukup besar yaitu tahun 2007 (93 orang tewas), 2008 (102), 2009 (76), 2010 (266), 2011 (171), 2012 (119), 2013 (190), 2014 (372) dan 2015 (135). Tentu ini bukan angka statistik belaka. Satu korban bencana adalah suatu tragedi dan harus diminimalkan.

Jutaan masyarakat Indonesia terancam dari bencana longsor. Apalagi meningkatnya curah hujan akan meningkatkan pula ancaman bencana longsor. Di Indonesia terdapat 40,9 juta jiwa (17,2% dari penduduk nasional) yang terpapar langsung oleh bahaya longsor sedang-tinggi. Dari total jumlah tersebut terdapat 4,28 juta jiwa balita; 323 ribu jiwa disabilitas, dan 3,2 juta jiwa lansia.

Semua terpapar dari longsor pada saat musim penghujan. Sebagian besar mereka tidak memiliki kemampuan menghindar dan memproteksi dirinya dari bahaya longsor. Bahkan masih banyak masyarakat yang tidak paham antisipasi mengenai longsor. Mitigasi bencana, baik struktural maupun non struktural masih sangat minim sehingga setiap musim penghujan longsor mengancam jiwa dan harta milik masyarakat.

Daerah rawan longsor sesungguhnya sudah dipetakan. Peta skala 1 : 250.000 sudah dipetakan dan dibagikan kepada seluruh Pemda. Bahkan PVMBG Badan Geologi menyusun peta prediksi longsor bulanan sesuai dengan ancaman curah hujan yang akan terjadi. Peta tersebut juga dibagikan ke Pemda dan dapat diunduh di website PVMBG disertai dengan tabel penjelasan daerah-daerah kecamatan yang rawan longsor tinggi, sedang hingga rendah. BNPB juga telah mengembangkan peta risiko bencana longsor yang memuat peta bahaya, kerentanan dan kapasitas. Namun demikian peta tersebut sebagian besar belum menjadi dasar dalam penyusunan dan implementasi rencana tata ruang wilayah.

Implementasi tata ruang berbasis peta rawan longsor masih sangat minim. Banyak permukiman masyarakat yang berkembang di daerah-daerah zona merah, bahkan di bawah lereng perbukitan atau pegunungan yang hampir tegak lurus. Memang daerah-daerah perbukitan dan pegunungan adalah daerah yang subur. Tanah gembur umumnya subur dan menyediakan mata air melimpah. Namun daerah tersebut rawan longsor sehingga harus dibatasi peruntukannya. Penataan ruang adalah upaya yang paling efektif untuk mencegah korban longsor.

Selama 10 tahun terakhir daerah-daerah yang paling banyak terjadi longsor adalah Jawa Tengah (1.126 kejadian), Jawa Barat (858), Jawa Timur (387), Sumatera Barat (149), dan Kalimantan Timur (83). Daerah-daerah lain juga sering terjadi longsor saat hujan deras. Daerah rawan longsor yang perlu memperoleh perhatian serius adalah daerah-daerah pegunungan dan perbukitan yang banyak penduduknya seperti di 1) Bukit Barisan dari Aceh, Sumut, Sumbar, Bengkulu, Sumsel, Lampung; 2) Jawa bagian tengah dan selatan; 3) Bali, NTT, NTB, Maluku dan Papua; dan 4) Sulawesi (hampir sebagian besar semua wilayah dengan topografi pegunungan yang berpotensi longsor dan banjir bandang).

Longsor dapat diantisipasi sebelumnya. Tidak mungkin semua wilayah di Indonesia harus dipasang sistem peringatan dini longsor. Sebab memerlukan ratusan ribu unit dan biaya yang sangat besar. Kuncinya adalah rencana tata ruang wilayah perlu ditegakkan. Sosialisasi dan peningkatan kapasitas pemda dan masyarakat terus ditingkatkan agar masyarakat tangguh menghadapi bencana longsor.

Sutopo Purwo Nugroho
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB
http://www.bnpb.go.id/
Ambon DiREx 2016: Pembukaan TTX, Uji EAS Toolkit Tanggap Darurat


AMBON - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei membuka Ambon Disaster Response Emergency Exercise (DiREx) 2016 - Tabletop Exercise (TTX) di Natsepa, Maluku Tengah, Maluku pada Selasa (15/11).
TTX ini bertujuan untuk menguji perangkat EAS atau EAS Rapid Disaster Response Toolkitpada penerimaan dan pengiriman bantuan kemanusiaan internasional kepada negara yang terdampak bencana. Skenario latihan berlatar belakang bencana gempabumi yang diikuti tsunami berkekuatan 8,7 SR yang menerjang pulau-pulau di Maluku. 

EAS Rapid Disaster Response Toolkit 
merupakan sebuah panduan komprehensif yang telah selesai disusun pada 2015. Panduan ini disusun untuk para pengambil kebijakan baik pada pengiriman dan penerimaan bantuan kemanusiaan internasional. Latihan ini juga memberikan kesempatan untuk menguji ASEAN’s Standard Operating Procedure for Regional Standby Arrangement and Coordination of Joint Disaster Relief and Emergency Response Operations(SASOP), Bab VI tentang Pemanfaatan dan Penggunaan Aset Militer dan Kapasitasnya.

Pada sambutan selamat datang, Gubernur Provinsi Maluku Said Assagaff menyampaikan bahwa Provinsi Maluku termasuk wilayah dengan indeks risiko bencana tinggi. Wilayah yang memiliki 1.340 pulau dan didominasi laut sekitar 92,6% memiliki tantangan dalam karakteristik rentang kendali pemerintahan. Assagaff menyampaikan bahwa provinsi menggunakan strategi pendekatan gugus pulau.
“12 gugus pulau dapat menjadi wilayah mandiri dan mampu memenuhi kebutuhan wilayahnya. Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber daya. Oleh karena itu pendekatan ini dapat diterapkan dalam penanggulangan bencana, khususnya pada tanggap darurat,” kata Assagaff. 

Gubernur menambahkan bahwa gugus pulau dapat memberikan bantuan secepatnya kepada gugus pulau lain sehingga secara cepat pemerintah dapat hadir secara cepat.
Sementara itu, Willem yang membuka secara resmi pembukaan TTX – Ambon DiREX 2016 menyampaikan bahwa kemitraan dengan Australia pada penanggulangan bencana merupakan refleksi dari kerjasama yang lebih luas antar dua negara.
“Kekuatan kerjasama digarisbawahi melalui kerjasama yang kuat, pada tingkat pemerintahan yang berbeda dan berbagai isu, khususnya penanggulangan bencana,” kata Willem.
TTX yang diselenggarakan 15 – 17 November 2016 ini dihadiri 10 Negara ASEAN dan negara-negara East Asia Summit (EAS) seperti Amerika Serikat, Australia, Jepang, New Zealand, mitra nasional dan internasional, kementerian/lembaga, Pemerintah Provinsi, dan perguruan tinggi. (PHI) 
15 November 2016 11:0 WIB

MoU BNPB dan BPKP untuk Memperkuat Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan

 JAKARTA-Kepala Badan Nasional Penanggulanggan Bencana, Willem Rampangilei menandatangani nota kesepahaman kerjasama antara Badan Nasional Penanggulangan Bencana dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan pada (18/11/2016) bertempat di Gedung BPKP Pusat, Jakarta Timur.                                                                                                                                                        
     Dalam sambutannya, Willem mengatakan, “sebagaimana kita ketahui bahwa negara kita merupakan negara rawan bencana, faktanya ada 160 juta rakyat kita yang tinggal di daerah rawan bencana hutan, 60 juta di daerah rawan banjir, 40 juta di daerah rawan longsor, 4 juta tsunami, 1,1 juta daerah rawan erupsi. Sehingga diperlukan upaya penanggulangan bencana yang komprehensif, hal ini sudah menjadi amanat UU 24 tahun 2007 dan RPJMN 2015-2019 untuk fokus pada penurunan Indeks Rawan Bencana di 136 Kabupaten Kota yang tergolong daerah yang memiliki tingkat rawan bencana tertinggi.
      Selain itu upaya Penanggulangan bencana menjadi tanggung jawab kita bersama baik pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. Kehadiran Pemerintah ditengah masyarakat korban bencana merupakan hal yang sangat berarti bagi penyemangat masyarakat korban bencana untuk dapat bangkit kembali. Peran serta Kementerian/lembaga nasional dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk mendukung upaya yang terintegral dalam pengurangan risiko bencana,pencegahan bencana, tanggap darurat serta rehabilitasi dan rekonstruksi secara berdaya guna dan dapat dipertanggungjawabkan. Peran Pemerintah dalam penanggulangan bencana salah satunya diwujudkan dengan mengucurkan “dana on call” penanggulangan bencana ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), sehingga BPBD dapat mengoptimalkan kekurangan anggaran APBD terkait dana penanggulangan bencana tersebut.               
Untuk itu Nota Kesepahaman Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan BNPB dirancang dalam rangka penguatan tata kelola pemerintah yang baik di lingkungan Badan Nasional Penanggulangan Bencana, dan selanjutnya dapat dibentuk perjanjian kerja sama serta program kegiatan yang konkrit bekerjasama dengan BPKP,”ujar Willem. Sementara itu Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Ardan Adiperdana mengatakan, melalui kerjasama atau kemitraan ini, kita dapat mensinergikan kapasitas serta sumberdaya seiring dengan peningkatan frekuensi, intensitas, dan dampak bencana dalam rangka mewujudkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan dana bantuan bencana. Kita berharap, Nota Kesepahaman yang telah kita tandatangani tidak menjadi "sleeping document", akan tetapi perlu kita tindaklanjuti dengan Perjanjian Kerjasama (PKS) atau tindak lanjut dalam bentuk lainnya.
      Hal ini dimaksudkan agar kerjasama atau kemitraan yang kita bangun memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat,” ujar Ardan. Nota Kesepahaman Kerjasama ini dimaksudkan untuk penguatan tata kelola pemerintahan yang baik di antara BNPB dan BPKP, guna mewujudkan hubungan yang saling menguntungkan dan saling menghormati, dengan berdasarkan pada itikad baik serta berpedoman kepada ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain itu nota Kesepahaman Kerjasama ini bertujuan memperkuat akuntabilitas pengelolaan keuangan negara dalam rangka peningkatan perbaikan kinerja dan pelayanan publik menuju tata kelola pemerintahan yang baik dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki berdasarkan tugas dan fungsinya.(adi)18 November 2016 14:0 WIB

Minggu, 05 Juni 2016

LONGSOR DI PALUPUH - AGAM TERNYATA MENELAN KORBAN JIWA



AGAM (5/6) – Longsor di Jorong Mudiak Kecamatan Palupuh Kabupaten Agam yang terjadi hari Sabtu, 4 Juni 2016 ternyata menelan korban jiwa. Hal ini diketahui setelah keluarga korban melaporkan 2 anaknya ke lokasi kejadian pada sore hari ini (5/6). Kedua kakak beradik yang dinyatakan hilang tersebut bernama Dulfitri (25), dan adiknya Nila Marta Sari (13) dilaporkan sedang dalam perjalanan dari arah bukittinggi menuju rumahnya di Jorong Pagadiah Mudik kecamatan Palupuh. Disaat informasi diterima masyarakat beserta Tim SAR dari BPBD Agam dan Provinsi Sumatera Barat, TNI dan Kepolisian segera melakukan penyisiran.
Pada pukul 16.30 wib sore tadi, korban atas nama Nila Marta Sari (13) diketemukan dalam kondisi meninggal dunia. Lokasi diketemukannya korban Nila berjarak sekitar 150 meter dari titik lokasi longsoran ke area aliran sungai. Korban saat itu langsung dilarikan ke Puskesmas terdekat dengan menggunakan kendaraan Patroli Polisi dan atas saran masyarakat langsung di bawa ke rumah duka. Sedangkan korban Dulfitri hingga saat ini masih dalam pencarian oleh tim SAR.
Menurut laporan Tim dari Pusdalops BPBD Provinsi Sumatera Barat yang berada di lokasi saat ini, Tim Pemadam Kebakaran Agam juga telah tiba di lokasi untuk melakukan penyemprotan material longsoran dari posisi seberang jalan yang telah dapat dilalui baik oleh kendaraan roda empat maupun roda dua,ke arah aliran sungai (KM 22). Yang diduga sementara, korban Dulfitri berada di posisi pada area tersebut.
Untuk kondisi cuaca di lokasi kejadian pada saat ini cukup cerah, lampu penerangan Light Tower dari provinsi juga telah dipasang, jadi tim SAR yang sedang melakukan evakuasi bisa fokus, ungkap Mega Rizaldi salah satu Satgas Pusdalops BPBD Provinsi Sumatera Barat yang saat ini ikut melakukan pencarian bersama tim lainnya. Selain pencarian penyemprotan di titik lokasi awal, tim juga melakukan penyisiran dari aliran sungai berjarak 200 - 300 meter. "Jika pencarian hari ini tidak berhasil, akan didatangkan tim lagi dari Basarnas, TNI dan Polri pagi besok", imbuhnya.
Untuk ruas jalan Bukittinggi - Pasaman sudah bisa dilewati saat ini, namun sebaiknya para pengguna jalan ini agar melewati jalan alternatif lainnya yaitu melalui arah Bukittinggi - Kumpulan, dikarenakan potensi longsoran kemungkinan masih bisa terjadi apalagi disaat kondisi hujan lebat. (Gst)

Jumat, 20 Mei 2016

Pentingnya Edukasi Bencana Bagi Pelajar dan Mahasiswa

JAKARTA - 150 siswa Sekolah Dasar Islam Ibnu Hajar Bogor dan belasan guru belajar kebencanaan di Diorama Bencana di lantai 11 dan 12 Graha BNPB Jakarta pada Kamis (17/3/2016). Para siswa dan guru sangat antusias menyimak dan memiliki keingintahuan yang tinggi tentang bencana. Bahkan mereka baru tahu jika ternyata Gunung Salak dan Gunung Gede Pangrango adalah gunungapi aktif tipe A. Banyak pertanyaan-pertanyaan sederhana yang ditanyakan siswa karena ketidaktahuannya. Mengapa banyak rumah dibangun di tengah sungai? Mengapa gunung kok bisa meletus? Mengapa cuaca sekarang sering berubah? Mengapa dinamakan Gunung Sinabung, apakah karena masyarakatnya suka menabung? Dan banyak pertanyaan lain. Termasuk pengetahuan guru yang masih terbatas tentang mitigasi bencana.

Bencana adalah suatu keniscayaan bagi Bangsa Indonesia. Bahkan peradaban Bangsa Indonesia, sesungguhnya tumbuh dan berkembang seiring dengan bencana yang mengiringinya. Tidak banyak yang tahu, di balik permai Danau Toba yang menghampar di Sumatera Utara, sesungguhnya terbentuk oleh letusan Gunung Toba yang  meletus hebat dan nyaris menamatkan umat manusia pada 75.000 tahun lalu. Begitu juga di zaman modern, kekuatan letusan Tambora pada 10-12 April 1815 adalah yang terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah. Empat kali lipat dari amuk Krakatau pada 1883, dan 10 kali lipat dari erupsi Gunung Pinatubo di Filipina pada 1991. Erupsi Tambora juga berdampak global. Abu dan panas sulfur dioksida menyembur ke atmosfer, suhu rata-rata global merosot 2 derajat Celcius atau sekitar 3 derajat Fahrenheit. Iklim global berubah dan menimbulkan banyak bencana. Begitu juga bencana lainnya seperti gempa, tsunami, banjir, longsor, kebakaran hutan dan lahan lainnya hampir setiap hari terjadi.

Pengetahuan masyarakat Indonesia tentang bencana memang meningkat sejak tsunami Aceh 2004. Namun pengetahuan tersebut belum menjadi sikap, perilaku dan budaya yang mengkaitkan kehidupannya dengan bencana. Itulah salah satu penyebab masih tingginya kerentanan dan rendahnya kapasitas masyarakat menghadapi bencana.

Untuk itu edukasi bencana menjadi penting. Banyak aspek yang penting seputar kebencanaan. Misalnya pengenalan tentang potensi bencana yang ada di sekitar, histori bencana yang pernah terjadi, bentuk antisipasi, meningkatkan kesadaran tanda-tanda bencana, dampak bencana bagi individu, keluarga, dan komunitas, cara penanganan dalam kondisi bencana, serta bagaimana cara menyelematkan diri dari bencana. Bencana dapat terjadi sewaktu-waktu tanpa bisa diprediksi sebelumnya, baik itu bencana alam ataupun sosial. Melalui pendidikan bencana, tidak berarti risiko dampak bencana dapat ditekan sehingga sama sekali tidak menimbulkan dampak. Tujuan dan harapan yang ingin dicapai melalui pendidikan bencana adalah mencapai minimal risiko dampak bencana.

Para siswa dan guru SD Islam Ibnu Hajar Bogor, merasa puas dengan kunjungan ke Diorama Bencana  di Graha BNPB, Jakarta. Mereka menjadi lebih paham. Diorama Bencana BNPB menjadi salah satu tempat edukasi bencana yang dapat dikunjungi pelajar, mahasiswa dan masyarakat. Meski masih terbatas tetapi memberikan pengetahuan yang menarik. Jika tidak ke Diorama Bencana BNPB kemana lagi bisa belajar penanggulangan bencana. Sebab fasilitas edukasi semacam ini masih sangat terbatas. http://www.bnpb.go.id/berita/2860/pentingnya-edukasi-bencana-bagi-pelajar-dan-mahasiswa

Sutopo Purwo Nugroho
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB

Pusdalops PB Provinsi Sumatera Barat: BPBD Mentawai Salurkan Satu Unit Bus Untuk Anak Sekolah Di Bulasat

Pusdalops PB Provinsi Sumatera Barat: BPBD Mentawai Salurkan Satu Unit Bus Untuk Anak Sekolah Di Bulasat

Sabtu, 30 Januari 2016

FEBRUARI 2016: PRAKIRAAN CUACA DAN POTENSI BENCANA SUMATERA BARAT


Stasiun Klimatologi Sicincin - Badan Meterologi dan Geofisika (BMKG) sebagai instansi teknis yang salah satu tugasnya memantau dan menganalisa kondisi iklim dan cuaca mengeluarkan prakiraan Musim, Curah Hujan dan sifat hujan secara berkala. Berdasarkan Laporan Stasiun Klimatologi Sicincin, tidak jauh berbeda dengan Bulan Januari 2016, Curah Hujan Wilayah Sumatera Barat pada Bulan Februari 2016 umumnya berpeluang mendapat Curah Hujan menengah ( 101 - 300 mm). Sebagian besar wilayah Kab. Solok Selatan masih berpeluang mendapat Curah Hujan Tinggi (301 - 400) hingga Sangat Tinggi (401 - 500), sementara itu wilayah Pasaman Barat akan berpeluang   mendapat Curah Hujan Tinggi (3001 - 400). Daftar wilayah yang bepeluang mendapat Curah Hujan tinggi - sangat tinggi dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.

Sifat hujan hujan untuk bulan Februari 2016 (tabel 3) umumnya Normal (45 - 115 %) dan Bawah Normal (<84%). Spot wilayah dengan Sifat Hujan Atas Normal (>115 %) akan meliputi sebagian besar wilayah Kabupaten Tanah Datar.

Kesiapsiagaan untuk darurat bencana yang berhubungan dengan kondisi Iklim dan cuaca perlu ditingkatkan pada wilayah-wilayah berpeluang Curah Hujan Tinggi hingga Sangat Tinggi. Kawasan dengan sifat hujan Atas Normal juga perlu diperhatikan mengingat potensi gerakan tanah akan meningkat ketika curah hujan meningkat signifikan di atas rata-rata.


Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan yang dikeluarkan oleh Stasiun Klimatologi Sicincin dengan Peta Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah yang dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi juga perlu disandingkan untuk analisa detil daerah berpotensi longsor, banjir bandang. Peluang terjadinya bencana longsor akan meningkat jika daerah yang sudah dinyatakan berpotensi tinggi gerakatan tanah juga diperkirakan berpeluang mendapat curah hujan tinggi. Namun kemungkinan terjadinya longsor juga akan meningkat pada daerah yang berpotensi gerakan tanah Menengah jika kawasan tersebut juga berpeluang mendapat Sifat Hujan Atas Normal (>115 %)


Tabel 1. Kawasan Curah Hujan Tinggi (301 - 400), hasil overlay Peta Prakiraan Curah  Hujan Januari 2016 (Stasiun Klimatologi Sicincin) dengan peta kecamatan.

No
Kabupaten/Kota
Kecamatan
1
Kab. Pasaman Barat
Kec. Luhak Nan II
2
Kec. Ranah Pesisir
3
Kec. Pasaman
4
Kab. Solok Selatan

Pauh Duo
5
Balai Janggo
6
Sangir Batang Hari
7
Sungai Pagu

Tabel 2. Kawasan Curah Hujan Sangat Tinggi (401 - 500), hasil overlay Peta Prakiraan Curah  Hujan Januari 2016 (Stasiun Klimatologi Sicincin) dengan peta kecamatan.

No
Kabupaten/Kota
Kecamatan
1
Kab. Solok Selatan
Sangir
2
Sangir Jujuan
3
Pauh Duo Bagian Timur
4
Sungai Pagu Bagian Selatan
5
Sangir Balai janggo Bagian Barat
6
Kab. Dharmasraya
Sungai Rumbai Bagian Selatan

Tabel 3. Kawasan berpeluang dengan Sifat Hujan Atas Norma (>115%), hasil overlay Peta Prakiraan Curah  Hujan Januari 2016 (Stasiun Klimatologi Sicincin) dengan peta kecamatan.

No
Kabupaten/Kota
Kecamatan
1
Kabuaten Tanah Datar
Lintau Buo bagian Utara
2
Tanjung Emas
3
Salimpaung bagian Selatan
4
Sungai Tarab Timur
5
V Kaum
6
Rambatan
7
Pariangan bagia Timur
8
Sungayang






posted by YSR


Rabu, 20 Januari 2016

BPBD Mentawai Salurkan Satu Unit Bus Untuk Anak Sekolah Di Bulasat

8-05-2016 01:21 WIB 
SIKAKAP-Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kepulauan Mentawai menyalurkan bus angkutan sekolah sementara di lokasi Hunian Tetap (Huntap) Desa Bulasat, KecamatanPagai Selatan. Bus BNPB itu akan ditarik setelah bus bantuan dari Menteri Koordinasi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani sudah selesai dibeli.
Staf BPBD Mentawai Bagian Pusat Pengendali operasional Wartel Saogo yang mendampingi penyaluran bus tersebut menjelaskan mobil yang dikirimkan sekarang ini adalah sifatnya sementara saja menjelang mobil khusus untuk mengangkut anak sekolah selesai di buat.
"Informasi dari bapak Kalaksa BPBD Mentawai, kalau bus sekolah itu selesai dan akan langsung didistribusikan kepada masyarakat Desa Bulasat dan mobil ini akan ditarik lagi," ujarnya. Rabu (18/5/2016).
Mengenai pengelolaan langsung diserahkan kepada Camat Pagai Selatan kalau masalah bbm nanti akan disubsidi oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Pemberian bantuan bus sekolah tersebut muncul spontanitas dari Menko PMK Puan Maharani melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), bantuan itu diberikan setelah mendapatkan keluhan dari warga Desa Bulasat Mawan Boru Saragih waktu kunjungan di KM 40 Desa Bulasat, Kecamatan Pagai Selatan, Kamis 28 April lalu.
Saat berdialog Mawan Boru Saragih menyampaikan kesulitan anak korban gempa bumi dan tsunami 2010 pergi ke sekolah SMP dan SMA yang berada di KM 37 Pagai Selatan kepada Puan Maharani. Demi sekolah anak-anak di Bulasat harus berjalan kaki 7 kilometer.
"Untuk itu hendaknya ibu Menko PMK Puan Maharani dapat memberikan bantuan satu unit mobil khusus untuk mengangkut anak sekolah," katanya saat dialog tersebut.
Mendengar keluhan tersebut Menko langsung menyetujui satu unit mobil angkutan anak sekolah untuk Desa Bulasat akan disiapkan sambil menunggu bantuan itu untuk sementara memakai mobil BPBD. (Supri Lindra)  http://www.mentawaikita.com/berita/272/bpbd-mentawai-salurkan-satu-unit-bus-untuk-anak-sekolah-di-bulasat.html

Jumat, 15 Januari 2016

PRAKIRAAN CUACA DAN POTENSI BENCANA SUMATERA BARAT BULAN JANUARI 2016



Stasiun Klimatologi Sicincin - Badan Meterologi dan Geofisika (BMKG) sebagai instansi teknis yang salah satu tugasnya memantau dan menganalisa kondisi iklim dan cuaca mengeluarkan prakiraan Musim, Curah Hujan dan sifat hujan secara berkala. Berdasarkan Laporan Stasiun Klimatologi Sicincin, untuk wilayah Sumatera Barat, Curah Hujan pada Bulan Januari 2016 umumnya berpeluang mendapat Curah Hujan menengah ( 101 - 300 mm), kecuali beberapa wilayah akan mendapat Curah Hujan Tinggi (3001 - 400) hingga Sangat Tinggi (401 - 500).

Wilayah yang akan mendapat Curah Hujan Tinggi (tabel 1) adalah Kab. 50 Kota bagian timur, Kab. Tanah Datar bagian barat, Kab. Solok bagian utara, Kab. Padang Pariaman bagian tenggara, Kab. Dharmasraya bagian selatan, sebagian Kab. Pesisir Selatan bagian timur dan Kab. Solok Selatan bagian tengah dan selatan. Sedangkan wilayah yang akan mendapat Curah Hujan Sangat Tinggi (tabel 2) adalah Kab. Solok Selatan bagian selatan dan sebagian wilayah Kab. Pesisir Selatan bagian timur yang berbatasan dengan Kab. Solok Selatan.





Sifat hujan hujan untuk bulan Januari (tabel 3) umumnya Normal (45 - 115 %) dan Bawah Normal (<84%). Kecuali wilayah Kota Sawahlunto dan sekitarnya meliputi sebagian wilayah Kab. Solok, Kab. Sijunjung dan kab. Tanah Datar berpeluang mendapat Sifat Hujan Atas Normal (>115 %).



Kesiapsiagaan untuk darurat bencana yang berhubungan dengan kondisi Iklim dan cuaca perlu ditingkatkan pada wilayah-wilayah berpeluang Curah Hujan Tinggi hingga Sangat Tinggi. Kawasan dengan sifat hujan Atas Normal juga perlu diperhatikan mengingat potensi gerakan tanah akan meningkat ketika curah hujan meningkat signifikan di atas rata-rata.

Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan yang dikeluarkan oleh Stasiun Klimatologi Sicincin dengan Peta Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah yang dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi juga perlu disandingkan untuk analisa detil daerah berpotensi longsor, banjir bandang. Peluang terjadinya bencana longsor akan meningkat jika daerah yang sudah dinyatakan berpotensi tinggi gerakan tanah juga diperkirakan berpeluang mendapat curah hujan tinggi. Namun kemungkinan terjadinya longsor juga akan meningkat pada daerah yang berpotensi gerakan tanah Menengah jika kawasan tersebut juga berpeluang mendapat Sifat Hujan Atas Normal (>115 %). (yusra)

 

Senin, 11 Januari 2016

Evaluasi Tingkat Aktivitas Level II (WASPADA) G. Marapi



Badan Geologi Kementrian ESDM melalui websitenya http://pvmbg.geologi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/aktivitas-gunungapi/1061-evaluasi-tingkat-aktivitas-level-ii-waspada-g-marapi melakukan evaluasi terkait aktifitas gunugapi Marapi. Berikut hasil evaluasi kegiatan G. Marapi di Provinsi Sumatera  Barat sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN
Gunungapi Marapi merupakan salah satu gunungapi aktif di Provinsi Sumatera Barat. Secara geografis puncak G. Marapi terletak pada posisi 0o 22’ 47.72” LS dan 100o 28’16.71” BT dengan ketinggian 2.891 m dpl dan secara administratif rmasuk dalam wilayah Kabupaten Tanah Datar dan Agam.
G. Marapi merupakan gunungapi tipe stratovolcano dengan daerah puncaknya dicirikan oleh kaldera yang mempunyai beberapa kawah aktif berarah Baratdaya-Timurlaut, sejarah letusannya berupa erupsi eksplosif pada kawah puncak. Pada tanggal 3 Agustus 2011 pukul 08:31 WIB, terjadi erupsi  berupa abu dari kawah Verbeek, berwarna kelabu tebal dengan tinggi 1.000 m. Selain itu getaran Tremor menerus mulai muncul pada pukul 08.56 sehingga tingkat aktivitas G. Marapi dinaikkan dari Level I (NORMAL) menjadi Level II (WASPADA) terhitung mulai tanggal 3 Agustus 2011 pukul 11:00 WIB.

II. PEMANTAUAN
2.1. Visual
  • Oktober 2015. Cuaca di sekitar Pos PGA dan puncak G. Marapi, cerah-mendung, angin perlahan-sedang ke arah Barat, Timur dan Selatan. Gunungapi nampak jelas – tertutup kabut, asap nihil. 
  • November 2015. Cuaca di sekitar Pos PGA dan puncak G. Marapi, berawan-mendung, angin tenang-sedang ke arah Utara, Barat, Selatan dan Timur, hujan gerimis-sedang terjadi 38 kali. Gunungapi jelas-tertutup kabut, saat nampak jelas teramati asap putih tipis, tinggi asap 50-150 meter. 
Pada tanggal 14 November 2015, pukul 22:33 WIB, terjadi letusan preatik yang diikuti hujan abu di Panyalaian dan Aia Angek, sisi Barat daya Gununapi Marapi (informasi dari masyarakat).
  • Desember 2015. Cuaca di sekitar Pos PGA dan puncak G. Marapi, cerah-mendung, angin tenang-sedang ke arah Timur – Barat Laut, hujan gerimis-sedang. Gunungapi jelas-tertutup kabut, saat nampak jelas teramati asap putih tipis, tinggi asap 50-100 meter. 
  • 1 – 3 Januari 2016. Cuaca di sekitar Pos PGA dan puncak G. Marapi, cerah-mendung, angin tenang-perlahan ke arah Selatan, terjadi 2 kali hujan gerimis-sedang. Gunungapi nampak jelas – tertutup kabut, asap nihil. 

2.2. Kegempaan 
Hasil rekaman kegempaan dari Oktober 2015 sampai dengan 3 Januari 2016 adalah sebagai berikut:
  • Oktober 2015. Terekam 14 kali Gempa Hembusan, 2 kali Gempa Letusan (Lts), 58 kali Gempa Tremor (Tre), 109 kali Gempa Tornello (Tor), 11 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 5 kali Vulkanik Dalam (VA), 17 kali Gempa Tektonik Lokal (TL) dan 64 kali Gempa Tektonik Jauh (TJ). 
  • November 2015. Terekam, 1 kali Gempa Letusan (Lts), 1 (satu) kali Gempa Hembusan (Hbs), 19 kali Gempa Tremor (Tre), 12 kali Gempa Tornello (Tor), 2 ali Gempa Vulkanik Dangkal (VB),4 (satu) kali Vulkanik Dalam (VA), 2 kali Gempa Tektonik Lokal (TL) dan 37 kali Gempa Tektonik Jauh (TJ). 
  • Desember 2015. Terekam, 1 (satu) kali Gempa Letusan (Lts),  36 kali Gempa Tremor (Tre), 17 kali Gempa Tornello (Tor), 3 Kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 7 kali Vulkanik Dalam (VA), 24 kali Gempa Tektonik Lokal (TL) dan 74 kali Gempa Tektonik Jauh (TJ). 
  • 1-3 Januari 2016. Terekam 1 (satu) kali Gempa Tremor (Tre), 1 (satu) kali Gempa Hembusan, 3 kali Gempa Tektonik Lokal (TL) dan 4 kali Gempa Tektonik Jauh (TJ). 

III. POTENSI BAHAYA
  • Erupsi freatik masih berpotensi terjadi namun ancamannya terbatas pada radius kurang dari 3 km.
  • Ancaman bahaya untuk saat ini berupa letusan abu  disertai dengan lontaran material/ pasir yang berpotensi melanda wilayah dengan radius kurang 3 km dari pusat letusan kawah Verbeek.

IV. KESIMPULAN
  • Pada bulan Desember 2015 – 3 Januari 2016, jumlah rekaman gempa-gempa vulkanik di G.Marapi cenderung menurun, namu secara umum aktivitas kegempaan G. Marapi masih berfluktuasi.
  • Berdasarkan data pemantauan visual, kegempaan dan potensi ancaman bahaya G.Marapi hingga tanggal 4 Januari 2016, tingkat aktivitas G. Marapi masih tetap Level II (Waspada).
VII. REKOMENDASI 
Sehubungan dengan tingkat aktivitas G. Marapi  ada pada tingkat Level II (Waspada), maka kami rekomendasikan:
  1. Masyarakat di sekitar G. Marapi dan pengunjung/wisatawan tidak diperbolehkan mendekati G. Marapi pada radius 3 km dari kawah/puncak, mengingat kawah sebagai pusat letusan dan sumber keluarnya gas-gas vulkanik yang dapat membahayakan bagi kehidupan.
  2. Masyarakat yang ada di sekitar G. Marapi diharapkan tenang tidak terpancing isu-isu tentang letusan G. Marapi. Masyarakat harap selalu mengikuti arahan dari Pemerintah Daerah.
  3. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi - Badan Geologi, akan selalu berkoordinasi dengan BNPB, BPBD Provinsi Sumatera Barat dan BPBD Kabupaten Agam serta BPBD Kabupaten Tanah Datar dalam memberikan informasi tentang kegiatan G.Marapi.
  4. Pemerintah Daerah Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar agar senantiasa berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi atau melalui Pos Pengamatan G. Marapi di Jl. Prof. Hazairin No.168 Bukit Tinggi dalam memberikan informasi tentang kegiatan G. Marapi.


 
RSAM (Real-time Seismic Amplitude Measurement) stasiun Batupalano G. Marapi pada periode 01 Juni 2015 s/d 4 Januari 2016 pukul 08:40 WIB, cederung datar/plat.