Selasa, 19 Februari 2013

DEKLARASI PADANG



DEKLARASI PADANG
KONFERENSI INTERNASIONAL
ANCAMAN GEMPABUMI SUMATERA
Padang, Sumatera Barat, 28 Agustus 2005.

Terjemahan dari naskah  
Declaration of  Participants in the  International Conference on the Sumatran Earthquake Challenge sebagai hasil dari  International Meeting on The Sumatran Earthquake Challenge  yang dilaksanakan
tanggal 24-28 Agustus 2005 di Padang – Sumatera Barat.

Selama tiga hari yang lalu, para ilmuwan dan insinyur gempa bumi internasional dari berbagai negara  telah bertemu dalam kegiatan  INTERNATIONAL MEETING ON THE SUMATRAN EARTHQUAKE CHALLENGE untuk mendiskusikan bencana gempabumi di bagian barat Sumatera. Para peneliti melaporkan hasil penelitian terakhirnya masing-masing mengenai gempabumi dan tsunami di Propinsi Sumatra Utara dan Propinsi Aceh serta penelitian terbaru mereka terhadap  ancaman potensi gempabumi Sumatera Barat.

Rekomendasi khusus/spesifik disampaikan kepada Pemerintah dan Organisasi-organisasi lainnya untuk mengurangi/ memperkecil resiko akibat bencana gempa bumi dan tsunami.

RINGKASAN ILMIAH

Sejumlah penyelidikan ilmiah yang telah dilakukan beberapa pihak menemukan/menjelaskan  bahwa  gempabumi besar yang telah terjadi pada Desember 2004 dan Maret 2005 adalah disebabkan oleh terjadi pecahan (rupture) yang berlangsung secara tiba-tiba pada bagian Sesar Naik Besar (megathrust) Sumatera yang ada dibawah Pulau Nias dan Pulau Simeulue, yang berada di bagian barat  daratan Aceh.

Pecahnya (rupture) megathrust dimaksud menyebabkan kepulauan beserta lantai samudera (seafloor) disekitarnya melenting dan terangkat ke arah Lautan India dengan perpindahan/ pergeseran horizontal hingga mencapai 10 (sepuluh) meter.
Ketika berlangsung gempabumi tersebut, sisi bagian barat pantai  Aceh dan Sumatra Utara   mengalami penurunan (tenggelam) sedalam 1,5 (satu setengah) meter. Pengangkatan (uplift) lantai samudera ini memicu terjadinya gelombang tsunami yang menerjang kawasan pesisir pantai-pantai disekitarnya beberapa saat setelah terjadinya gempabumi.

Peristiwa Gempabumi yang sama juga pernah terjadi menyerang Kepulauan Mentawai dan sisi pantai barat Propinsi Sumatera Barat serta Propinsi Bengkulu pada tahun 1797 dan 1833. Pengangkatan lantai samudera (seafloor) di sekitar Kepulauan Mentawai ketika gempabumi waktu itu menimbulkan tsunami yang cukup besar yang menyerang daratan disepanjang pesisir pantai wilayah tersebut . Perkiraan ketinggian tsunami ketika itu, berdasarkan  laporan sejarah/historis dan  perhitungan/kalkulasi ilmiah, kisaran ketinggian gelombang tsunami  adalah sekitar 10 (sepuluh) meter .
Perhitungan-perhitungan dini menyatakan bahwa ratusan ribu jiwa penduduk berada dalam ancaman  gempabumi raksasa dan tsunami pada masa yang akan datang di Propinsi Sumatera Barat dan Propinsi Bengkulu.

Tak seorangpun dapat menghitung perkiraan ilmiah secara pasti mengenai  bila saatnya (  hari, bulan , tahun) akan terjadi peristiwa Gempa bumi Besar dan Tsunami berikutnya di Sumatera Barat   dimasa yang akan datang. Tetapi  bukti-bukti ilmiah secara  meyakinkan menunjukkan bahwa peristiwa tersebut dimasa datang sungguh akan terjadi dalam masa seumur hidup generasi muda hari ini , yang hidup dikawasan rawan bencana ini dimasa datang – sebagaimana gempabumi besar yang telah terjadi dengan siklus pengulangan setiap kisaran perioda dua abad dan peristiwa yang terakhir terjadi pada 172 tahun dan 208 tahun yang lalu. Sangat tidak mungkin ada prediksi lain yang lebih baik yang diakui dan lebih spesifik dibanding prediksi ini, tetapi kita sangat berharap untuk jangka panjang, bahwa dimasa datang akan ada peningkatan kemampuan dalam perhitungan perkiraan/prediksi  waktu dan perilaku  gempabumi besar yang akan terjadi masa depan.

Pengukuran-pengukuran secara ilmiah menunjukkan bahwa akumulasi/ penumpukan tegangan yang berlangsung saat ini akan  memuncak ketika Gempabumi Besar Sumatera Barat terjadi. Ketika gempabumi besar ini terjadi dimasa datang, Kepulauan Mentawai akan mengalami peristiwa yang sama dengan yang dialami Pulau Nias dan Pulau Simeulue  baru-baru ini.

Kepulauan Mentawai sekonyong-konyong akan naik setinggi  1 (satu) meter atau lebih.  Daratan pesisir pantai Propinsi Sumatera Barat dan Propinsi Bengkulu akan mengalami penurunan daratan (tenggelam) sedalam kurang lebih 1,5 (satu setengah) meter,  sama halnya seperti  yang terjadi di daratan pesisir pantai barat Sumatera Utara dan Aceh. Peristiwa tersebut akan menyebabkan terjadinya perubahan permanen posisi garis pantai yang dapat merusak infrastruktur, dan berdampak buruk terhadap  kehidupan sosial ekonomi masyarakat.


APA YANG TELAH DILAKUKAN UNTUK KEWASPADAAN ?

Para Ahli dari Jepang, Indonesia dan Amerika Serikat menyampaikan bahwa persiapan/kewapadaan menghadapi bencana gempabumi  dan tsunami sangat menentukan dalam upaya memperkecil/mengurangi banyaknya korban jiwa/nyawa dan harta benda . Aktivitas yang bermanfaat diantaranya adalah  Simulasi Pengungsian dan Sosialisasi tentang pemahaman terhadap bencana guncangan Gempabumi dan landaan gelombang Tsunami sudah dilakukan di Kota Padang. Perubahan infrastruktur dengan  menggunakan konstruksi yang lebih baik dan yang lebih dapat dipastikan bahwa jembatan masih tetap dapat berfungsi/dipakai setelah mengalami guncangan gempabumi dan landaan gelombang tsunami. Usaha oleh Badan Meteorologi & Geofisika untuk memasang  Tsunami Early Warning System bagi masyarakat didaratan pesisir pantai Lautan Hindia juga sedang berlangsung.

Beberapa ilmuwan menyampaikan rencananya  untuk melakukan penelitian yang akan sangat membantu dalam memahami dengan lebih baik perilaku  bencana gempabumi dan tsunami yang mengancam pemukiman/masyarakat di daratan sepanjang pesisir pantai Sumatera Barat dan Bengkulu. Penelitian Geologi  dan Geofisika Kelautan akan sangat bermanfaat untuk mengetahui patahan-patahan  didasar laut yang menimbulkan gempabumi besar. Penelitian terhadap gempabumi yang kecil-kecil yang terjadi secara  bulanan dan tahunan, akan membantu dalam menganalisa bahwa bagian megathrust sekarang ini berada dalam keadaan tertahan/terjepit dan bagian megathrust tersebut akan segera terpecah/terlepas yang akan dapat menimbulkan gempabumi besar.  Tersedianya Peta  Topografi daerah  pantai dan Peta  Bathymetri dasar laut yang akurat akan dapat dibuat perkiraan daerah rawan landaan tsunami.

Penelitian mengenai adanya bukti-ukti dan jejak-jejak gempabumi dan tsunami dimasa lalu yang pernah terjadi didaerah ini dapat digunakan untuk membuat zona daerah rawan gempabumi dan tsunami. Upaya tersebut akan berguna dalam penyusunan perencanaan
kota/daerah jangka panjang dalam memperkecil resiko besarnya korban/kehilangan jiwa, harta-benda dan sumber mata-pencarian.


REKOMENDASI KEPADA
INSTITUSI PENELITIAN INDONESIA

Hal yang sangat mendesak adalah bahwa lembaga Pemerintah Indonesia agar mendukung keberlanjutan dan pengembangkan upaya penelitian gempabumi dan tsunami. Lebih dari itu, kami mendukung upaya-upaya yang berkelanjutan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi (BPPT), Badan Meteorologi & Geofisika (BMG), BRKP-DKP, Dept. Energi & Sumber Daya Mineral (ESDM), Bakosurtanal, Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas  lainnya  di Indonesia untuk mendapatkan sumber-sumber pembiayaan asing yang lebih besar untuk memfasilitasi penelitian terhadap ancaman bencana ini. Keberhasilan penelitian-penelitian yang dilakukan bersama dengan negara-negara lain akan sangat membantu memberikan pemahaman terhadap ancaman bencana gempabumi dan tsunami Sumatera.Kita mendukung kerjasama pemerintah dengan ilmuwan-imuwan asing yaitu berupa fasilitas pendukung untuk pengembangan secara berkelanjutan terhadap kalangan ilmuwan dan infrastruktur di Indonesia.

Peta Potensi Landaan Tsunami sangat  penting bagi masyarakat Sumatera Barat dan Bengkulu. Peta-peta topografi dan bathymetric yang akurat dan pemahaman yang lebih baik mengenai sumber-sumber kemungkinan tsunami yang akan terjadi merupakan masukan yang memiliki arti penting/pokok bagi keperluan pembangunan. Lembaga/ Institusi penelitian Indonesia memiliki peran strategis dalam mencapai tujuan  ini.

Adalah penting bahwa usaha yang telah dilakukan LIPI menyediakan materi/bahan pendidikan kepada masyarakat Sumatera Barat untuk dilanjutkan dan diperluas dengan mantap. Materi pendidikan ini belum mencapai masyarakat secara luas di daratan pesisir pantai Sumatera Barat dan Bengkulu.
Masih banyak masyarakat yang  takut terhadap tsunami besar lainnya di Sumatera Utara dan Aceh akan berguna bagi  informasi  ilmiah yang lebih baik.
Saat ini, semua perhatian terpusat pada  potensi bahaya guncang gempabumi dan tsunami  dari pecahnya megathrust dimasa yang akan datang. Namun demikian, adalah penting bahwa masyarakat di Sumatera jangan mengabaikan resiko  yang ditimbulkan oleh patahan besar lainnya yaitu, Sesar Sumatera, yang melintas sepanjang jalur pegunungan (Bukit Barisan) mulai dari Teluk Semangko sampai ke Banda Aceh.Sebagai contoh, Banda Aceh akan lebih memiliki resiko terhadap pergerakan Sesar Sumatera  yang berada didaratan dibanding resiko dari  gempabumi  dan  tsunami disebabkan oleh megathrust yang berada didasar laut. Dalam kasus tertentu ini, apakah akan mungkin terjadi gerakan tanah yang   diakibatkan oleh pecahnya/bergeraknya Patahan Sumatera dan seperti apakah kemungkinan peristiwa yang akan terjadi ? Juga, lokasi-lokasi yang spesifik dari Patahan Sumatera harus diketahui sedemikian rupa sehingga kegiatan pembangunan yang baru tidak akan ditempatkan pada jalur Patahan Sumatera tersebut.


REKOMENDASI KEPADA
PEMERINTAH DAERAH DAN ORGANISASI DAERAH

Secara bertahap, upaya sistematis dalam memperkecil resiko timbulnya korban jiwa, harta-benda dan produktivitas harus menjadi suatu tujuan utama. Upaya-upaya tersebut meliputi tiga hal yaitu : pendidikan, persiapan tanggap-darurat dan perubahan  infrastruktur.

PENDIDIKAN

Pendidikan adalah suatu cara efektif yang terpenting untuk mengurangi resiko banyaknya korban jiwa akibat gempa dan tsunami. Sebagai contoh, kita mendukung upaya local yang berkesinambungan sebagaimana yang telah dilaksanakan di Kota Padang dan Air Bangis yang telah mulai menetapkan prosedur untuk evakuasi penduduk secara terkoordinir dan cepat dari daerah dataran rendah pantai sesaat setelah terjadinya gempabumi yang besar. Kita merekomendasikan agar pendidikan mengenai gempabumi dan tsunami dimasukkan kedalam kurikulum sekolah.

Hal ini beserta upaya-upaya kependidikan lainnya  harus dapat menjangkau lebih banyak komunitas masyarakat yang beresiko terkena dampak bancana serta mesti disusun program jangka penjang secara berkesinambungan.

PERSIAPAN TANGGAP-DARURAT

Akses (transportasi & komunikasi) kedaerah yang akan terkena pengaruh gempabumi besar dan tsunami dimasa yang akan datang merupakan hal yang sangat penting bagi upaya penyelamatan  jiwa dan harta-benda serta upaya pemulihan kembali setelah gempabumi besar dan tsunami yang akan terjadi tersebut. Perlu upaya memastikan/re-evaluasi terhadap akses jembatan utama, jalan, pelabuhan laut dan pelabuhan udara yang dapat segera difungsikan secara cepat setelah terkena pengaruh terjadinga gempabumi besar dan tsunami. Sebagai salah satu contoh upaya yang mesti dikerjakan adalah memastikan  bahwa jembatan-jembatan dan tanggul-tanggul perlindungan dimaksud dapat bertahan terhadap gempa bumi besar dan tsunami bila hal tersebut terjadi. Mempelajari pelajaran mengenai hal tersebut sebagaimana terjadi di Aceh merupakan perihal yang sangat berharga.


Dalam kasus jembatan , penerapan kunci/peletakan geser berpasangan dapat mencegah terlepasnya jembatan dari pondasinya. Jalan-jalan menuju dataran tinggi yang tegak lurus terhadap garis pantai akan lebih berguna dalam upaya penyelamatan dari terjangan tsunami.

Pihak pengelola Pelabuhan Udara agar memiliki perencanaan yang dapat menjaga tetap berfungsinya fasilitas Pelabuhan Udara setelah terjadinya bencana  tersebut. Sebagai contoh, Pelabuhan Udara harus memiliki fasilitas peralatan yang dapat  membersihkan material endapan tsunami (dan memperbaiki kerusakan) sesegera mungkin (agar fasilitas pelabuhan udara dapat segera berfungsi untuk upaya penyelamatan setelah bencana). Hal ini disebabkan karena setelah diterjang bencana, Pelabuhan Laut berada dalam keadaan kritis (tidak dapat berfungsi), tindakan antisipasi terhadap hal perlu dipersiapkan.

Rencana Tindak Tanggap-Darurat sebelum terjadi bencana (pra-bencana) harus dipersiapkan, dievaluasi dan disimulasikan secara berkala pada semua lembaga dan masyarakat. Perencanaan-perencanaan ini diperlukan bagi daerah yang berada dalam zona landaan tsunami.
Keberadaan Tsunami Early-Warning System diperlukan/dimaksudkan sebagai sumber informasi bagi Pemerintah Daerah ketika terjadi bencana dalam melakukan upaya penyelamatan didaerah-daerah rawan bencana tersebut.


PENYESUAIAN INFRASTRUKTUR

Kemampuan upaya penyelamatan menghadapi  terjangan tsunami dan  gempabumi besar  memerlukan suatu pendekatan yang kompleks. Daya tahan jaringan persediaan air bersih dan sistem limbah adalah hal yang penting/kritis dalam menghadapi terjangan gempabumi dan tsunami. Oleh karena itu, faktor ketahanan jaringan pipa baik yang berada diatas tanah maupun yang didalam tanah perlu menjadi perhatian khusus.  
Sebagai contoh, pipa-pipa air yang dikaitkan dijembatan-jembatan harus harus terpasang secara kokoh pada rangka jembatan. Juga, penempatan jaringan pipa dibawah tanah harus terpasang secara baik untuk menjamin keamanannya.

Upaya lain  yang harus dilakukan adalah melakukan evaluasi terhadap bangunan-bangunan bertingkat/tinggi yang telah ada yang akan dapat digunakan sebagai tempat ketinggian untuk evakuasi.  Penggunaan struktur pile-deck yang kokoh sebagai tempat evakuasi, seperti di Jepang, perlu  menjadi pertimbangan. Perhatian khusus pada konstruksi bangunan mesjid yang dapat digunakan sebagai tempat evakuasi.
Konstuksi yang mudah mengapung seperti tangki-tangki timbun dan tongkang harus mempunyai  pengikat pengamanan agar tidak terlempar.

Penetapan rencana dan rute/jalur evakuasi/pengungsian seperti yang telah mulai dilaksanakan di Padang dan Air  Bangis. Upaya-upaya ini perlu dilanjutkan penyelesaiannya hingga sempurna.

Survei yang lebih tepat/akurat terhadap batas-batas hak kepemilikan (lahan) yang dilakukan sebelum terjadi bencana, akan sangat membantu ketika kegiatan pemulihan/rehabilitasi dilaksanakan nantinya seusai bencana terjadi. 


Belajar dari pelajaran/pengalaman   peristiwa gempa bumi besar dan tsunami
(Aceh) yang terjadi baru-baru ini, maka persyaratan membangun bangunan yang aman terhadap gempabumi dan tsunami harus diterapkan disepanjang daerah yang berpotensi rawan gempa bumi dan tsunami di Sumatera. Apalagi, karena saat ini banyak bangunan  dibangun tanpa memenuhi kaidah persyaratan bangunan yang aman ( terhadap gempa bumi dan tsunami ). Penerapan persyaratan pembangunan bangunan yang tahan gempa bumi dan tsunami perlu ditetapkan secara resmi. Banyak pelajaran dari bencana Aceh yang menjadi sangat  bermanfaat .


Padang,  Agustus 2005.

Terjemahan oleh :

IR. ADE EDWARD/Nip. 410011867
Ketua Tim Evaluasi & Sosialisasi Bencana Geologi  Sumatera Barat Th. 2006
Dinas Pertambangan & Energi Propinsi Sumatera Barat
Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) - Komisariat Daerah Sumatera Barat


  

Tidak ada komentar: